Jumat, 07 Mei 2010

Sintaksis Mimpi

Sketsa Cerpen “Sintaksis Mimpi”

Navisa, siswa kelas XII yang ingin sekali meneruskan kuliah di UNY, namun keinginannya hanya mimpi karena restu dari orang tua dan keluarga jelas tidak diperolehnya. Tersebutlah Anton, sahabatnya yang baru ia kenal satu tahun yang lalu, ternyata tanpa Nana (panggilan dari Anton untuk Navisa) sadari, ia begitu mengagumi sahabatnya itu sampai persahabatan itu menghasilkan rasa yang lain untuknya. Cinta!

Pada akhirnya keinginan Nana untuk kuliah pendidikan bahasa Jerman di UNY terwujud. Dia menyebut itu adalah sintaksis mimpi. Imipi itu adalah frasa-frasa yang ia kumpulkan yaitu /pikiran/, /menjadi/, /kenyataan/. Itulah yang disebut “The Secrect of Attraction, atau yang lebih dikenal dengan Rahasia dari sebuah ketertarikan”. Teryata Antonlah yang membantunya untuk menggapai mimpi itu, kejutan yang begitu dahsyat untuk Nana diacara wisuda mereka, 17 Juni 2007. Hanya saja, Nana kini merasakan begitu sedih karena Anton telah meninggal satu bulan yang lalu karena sebuah kecelakaan.

# # #

Sudah senja!!!! Sebentar lagi akan ada malam, akan pagi, siang, sore, dan senja lagi. Begitu cepat…begitu cepat! Ya, waktu begitu cepat berlalu. Untuk kesekian kalinya aku menikmati senjaku, sendiri!!! Senja sore ini, benar-benar tak berpelangi. Semburat jingga pun seakan mengelabu bersama pergimu. Dalam dilatasi waktu, saat ini aku mencoba membawa seluruh puing-puing kenangan yang mampu aku kumpulkan untuk menikmati senja hari ini denganmu.

14.00 PM, di satu tempat yang biasa kita habiskan waktu untuk bersua. Saat itu kita sedang mencari arti dari apa yang selama ini kita jalani. Dengan tanpa dosa kau tanya hal yang membuatku sempat berhenti bernapas. Bukan karena kaget, tapi karena kau adalah manusia paling bodoh dan polos yang pernah aku temui, itu kata batinku. Dengan panjang lebar aku mampu merangkai kata dan menjelaskan bahwa kau adalah sahabatku, bagian terindah dan sempurna yang pernah aku miliki. Saat itu aku tersenyum melihat wajahmu yang sebenarnya aku yakin kamu panik mendengar kata-kata pertama yang akan muncul dari bibirku. Ingin sebenarnya kau tahu betapa kau mempesonakanku dan betapa ku mengagumimu, kau sosok yang menghadirkan angin baru dalam warna hidupku bersama masa lalu ynag kadang muncul membayangi pribadi yang ada pada dirimu, tapi aku cukup sadar bahwa kau dan dia berbeda. Dan sekarang aku bahagia bisa menjadi sahabatmu. Enough! Dan pembicaraan kita berakhir dengan indah, seindah senja sore itu.

Senin, 13 April`07 di tempat biasa kita bersua. Kita bertemu untuk menyelesaikan pertengkaran kita lewat pesan singkat di malam-malam itu. Aku membisu! Untuk keseribu kalinya kau tanya kenapa, dan untuk keseribu kalinya pula aku bilang tidak. Nothing! Aku tahu waktu itu kau kecewa sampai kau pergi meninggalkanku…dan itulah pertemuan terakhir kita. Maafkan aku, aku tak bisa bersua karena keputusanku untuk menjauhimu adalah yang terbaik. Ada bidadari kecil yang membutuhkanmu di sana. Semoga kau mengerti.

Sudah Minggu, waktu memang akan berputar dan berlalu walaupun mungkin kita tidak menginginkannya. Kini senjaku hilang, tidak lagi ada pelangi dan jingga. Buka karena mereka yang tidak mau hadir tapi karena aku yang menolaknya, menampik keadaan dan membuat senja kemunafikan untuk hidup yang kujalani.

Tak bertahan lama keegoisanku, kau datang untuk sebuah permintaan maaf. Aku menangis karena kalah dengan keadaan. Sepertinya saat kau kirim pesan singkat itu, aku merasa seperti kita sedang bersua bersama-sama. Tidak ada hasil yang menggembirakan dari pesan singkat yang kau dan aku tulis, kecuali kerinduanku dengan perbincangan-perbincangan kita bersama senja.

Akhir April, entah angin surga apa yang membuatmu menemuiku. Kini, tidak di tempat biasa. Kau mulai dengan senyum tapi aku enggan! Ada kebencian yang sangat!!! Aku melihat tatapanmu yang lelah, tapi kau mencoba untuk tetap tesenyum dan sabar mendengar semua luapan dan nada-nada emosiku. Akhir senja ini, ketika waktu memaksaku untuk memotong pembicaraan kita, aku melihat ada yang aneh padamu, wajahmu berubah dan baru kali ini aku melihatmu begitu lemah, mungkin seperti yang aku rasakan…”Rindu” yang dibalut denganm emosi dan logika yang selalu berkejar-kejaran, melompat, naik, turun, tak tentu. Menguras seluruh pikiran, tapi tanpa kepastian. Mungkin? Ah, sepertinya aku sedang curhat, bukan memprediksi kenapa wajahmu tiba-tiba berubah. Aku seketika takut! Seperti detik ini adalah perpisahan kita. Pun seperti itu yang aku tangkap dari wajahmu, sampai aku ingin meyakinkanmu bahwa esok kita akan berdebat lagi seperti ini dan kita akan tersenyum bersama seperti dulu. Aku ingin bilang bahwa aku tak menginginkan perpisahan di senja ini.

# # #

Hari setelah pembicaraan itu, aku tak lagi melihatmu. Dan sepertinya otakku telah tersibukkan dengan nilai hasil ujian sekolahku yang bulan April kemarin kita lalui. Walaupun terus berharap nilaiku akan baik, tapi keinginanku untuk kuliah di luar Solo sudah pupus. Ibu selalu memberi alasan “ Anak perempuan tidak baik pergi jauh-jauh”. Setiap kalimat itu keluar, maka kakak laki-lakiku jadi ikut-ikutan menasihatiku banyak hal, terlau jauh dari orang tua, yang ngawasinya sulit, yang aku terlalu bebas,bla..bla..bla..dan intinya aku ga boleh kuliah di luar Solo. No dan never!

Padahal aku begitu menginginkan untuk melanjutkan kuliah keguruan bidang studi bahasa Jerman. Ini berarti universitas terdekat dari sini adalah UNY Universitas Negeri Yogyakarta. Entahlah magnet apa yang membuatku menyukai bahasa Jerman. Mungkin selain aku yang suka dengan bahasa asing, guruku bahasa Jerman yang “Sehe Gut” menghadirkan daya tarik tersendiri. Aku ingin seperti beliau yang bisa berkunjung ke Jerman dengan free atau bahkan aku bisa kuliah di sana. Ah…berhayal!! Hanya ke Jogja saja aku tidak diperbolehkan, apalagi ke Jerman. Bagiku, deutsch ist interessant! Ich mag das! Und Deutsch ist uberall! Verstehe mich, bitte…………..!

Harapanku, aku bisa ikut seleksi PMDK dengan keyakinan aku akan terpilih untuk dapat masuk UNY tanpa tes. Tapi sepertinya aku memang haya mimpi dan kenyataannya di saat semua siswa sibuk mencari informasi kuliah di luar maupun di dalam Solo, aku hanya mampu terdiam.

# # #

Kemarin adalah Mei, dan sekarang Juni. Aku mendengar kabar kesuksesan tema-teman yang diterima diberbagai tempat yang mereka inginkan. Ada yang diterima di UNS, NGM, UNY,dll. Ada bahagia tapi juga tangis. Dalam batinku aku bicara “Seharusnya nama siswa yang masuk PMDK di UNY itu adalah “Navisa Lestari Putri” kelas XII. Bahasa I”. Tanpa aku sadari ada butiran hangat yang jatuh membasahi pipi. Hari ini aku putuskan untuk pulang cepat karena emosiku sedang merajai semua bagian tubuhku. Dalam perjalanan pulang, aku sempat berpikir tentang kau. Di mana kamu sekarang? Kenapa aku jarang, bahkan tak pernah kulihat? Dan kenapa namamu tidak ada di papa pengumuman? Mustahil kamu tidak lulus PMDK!! Hanya pertanyaan-pertanyaan itu yang muncul di otakku dan tidak bertambah. Aku tak pernah berusaha untu mencari jawab tentang itu semua, mungkin bukan tak pernah, tapi…detik-detik perpisahan membuatku gila! Aku harus mengatakan aku tak siap berpisah dengan kalian, dan lebih tepatnya lagi kau “ Anton Bagus Saputra”. Nama yang aku kenal satu tahun yang lalu ketika OSIS mengadakan kegiatan di luar Sekolah

# # #

15 Juni 2007.

Dengan berbagai perasaan aku datang untuk sebuah surat yang bagi setiap orang seusiaku adalah kehidupan mereka. Anak-anak sudah datang di sekolah lebih awal, hingga Indah menjemputku karena mereka ingin kita lulusan bareng. Harus dengan apa kulukiskan suasana saat ini? Air mata bahagia yang mengalir tiada henti. Dalam batinku “ Ini kado untukmu, Bunda”. Ya, pengumuman kelulusan tahun ini bertepatan dengan ulang tahun bunda yang ke 42 tahun. “Semoga engkau selalu sehat dan bahagia”. (Amien).

Kami satu kelas dinyatakan lulus dengan nilai yang cukup baik. Nilaiku juga memuaskan, bahka nilai bahasa Jermanku hampi sempuran 9,8 dan Niko teman satu kelasku yang juga gila Jerman bahkan memperoleh nilai sempurna perfect denga angka 10 bulat. Tuhan, terimakasih atas keindahan ini. L - U – L – U – S, LULUS!!!!

# # #

17 Juni`07.

Wisuda, “The sweetest memory”.

Perpisahan sekaligus wisuda kami dilaksanakan hari ini. Dengan berbagai macam model kebaya dan sanggul mereka semua terlihat begitu cantik dan anggun. Yang laki-laki dengan kemeja putih, dasi, dan celana pajang terlihat begitu necis dan rapi, sudah persis seperti eksekutif muda. Aku datang dengan kebaya hijau muda berbalut jilbab paduan antara putih dan hijau yang aku sendiri melihatnya begitu nice. Ada upacara kecil yang orang-orang jawa sering bilang kirap, tapi tidak untuk semua siswa, hanya siswa-siswa yang terpilih saja. Biasanya mereka adalah yang mendapatkan juara umum 1-3 disetiap jurusan : IPA, IPS, dan Bahasa, serta mereka siswa-siswi yang diterima PMDK.

Dan sekarang aku berdiri di antara mereka. Tak pernah terbayangkan olehku aku bisa berdiri di sini besama orang-orang hebat, dan seharusnya kau juga, Anton!!! Tapi mana? Kamu di mana???

Kirap dimulai, langkah demi langkah adalah hasil dari perjuangan dan saat ini adalah manis dari perjuangan itu. Inilah yang dinamakan kebahagiaan. Pantaslah engkau berbangga, Bunda. Karena anakmu tercatat dalam sejarah indah hari ini. Aku tak berani melihat bunda yang kali ini aku yakin beliau duduk di barisan paling depan bersama para orang tua yang mungkin juga sedang meneteskan air matan bahagia, di kursi kehormatan yang memang didesai khusus untuk orang tua dari kami di sini. Moment indah ini tak kan mampu tergantikan oleh apapun dan saat ini video kecil itu yang merekam ini semua. Kirap hampir selesai, kami sekarang menuju tempat duduk kami masing-masing yang juga di tempatkan di tempat khusus di barisan paling depan. Dan…

Aku tersentak kaget, sepintas aku melihat sosokmu di salah satu tempat duduk itu. Semaki dekat, dan ketika aku melewatimu aku yakinkan penglihatanku sendiri bahwa itu kau. Lebih yakin lagi kau jelas-jelas tersenyum padaku saat mataku bertemu pandang denganmu. Kau datang??? Di kursi yag sama denganku??? Kini aku semakin bingung. Ada apa ini? Kalau kau memang diterima di UGM kenapa kau tidak ikut dikirap? Apa jangan-jangan selama hampir satu bulan ini kau sakit? kecelakaan kah kau sehingga kakimu lumpuh? Tapi kulihat kakimu baik-baik saja, atau kenapa? Apa kamu tadi terlambat? Jadi oleh panitia langsung disuruh duduk? Oh Anton, kenapa kamu hanya tersenyum setiap kali aku melihatmu?????

Acara wisuda dimulai, dengan berbagai pertanyaan dalam pikiranku yang entah terjawab kapan. Acara sudah sampai pada penyerahan hadiah bagi siswa berprestasi, IPA, IPS, dan Bahasa. Sekarang aku maju, berada di atas panggung sebagai salah satu dari siswa terbaik yang dimiliki SMA N 6 Surakarta dari jurusan bahasa. Bunda berada di sampingku dan sepertinya aku ingin waktu berhenti sejenak agar aku bisa menikmati kebahagiaan ini lebih lama. Selesai! Thank`s God!

Acara berganti dengan pemberian hadiah untuk siswa yang terpilih PMDK. Aku sudah tidak sabar untuk mendengar namamu dipanggil. Aku ingin tahu sebenarnya apa yang kau sembunyikan dariku selama ini. Dan inilah jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaanku yang dulu.

Satu per satu nama-nama itu disebut, terdengar begitu indah. Aku tak tahu apakah tadi ketika namaku disebut keadaan juga hening seperti ini? Yang aku tahu aku tadi nerveous. Hiks…

Aku membayangkan betapa bahagia dan bangga orang tua mereka saat ini, ah ibuku juga! Tiba-tiba saja ada kesedihan dan kecewa. Aku teringat dengan keinginanku yang hanya hayal itu. Tapi lamunanku terhenti ketika kudengar namamu dipanggil “Anton Bagus Saputra jurusan Psikologi Universitas Gadjah Mada”. Aku bahagia ternyata impianmu tercapai, Ton. Tapi kenapa namamu dulu tidak tercantum??? Tapi sudahlah, yang penting kau hebat. Selamat! Gratuliert! Selanjutnya, Nadia Safitri Universitas Negeri Yogyakarta kemudian yang terakhir masih dari UNY, dan ini dia ananda….keadaan menjadi tenang., seakan semua orang ingin tahu siapakah siswa terakhir yang diterima di UNY karena dalam pengumuman hanya ada satu siswa saja. Sejenak hening, dan tersebutlah satu siswa..” Ananda Navisa Lestari Putri universitas Negeri Yogyakarta pendidikan bahasa Jerman.”

Lama aku masih terdiam. Semua penghuni graha bertepuk tangan sangat keras, bahkan aku melihat Anton yang sudah berdiri di atas panggung bertepuk tangan sangat kencang dan tersenyum indah. Aku masih terdiam dan terpaku sampai MC harus mengulang namaku. Bu Any mendekatiku dan membangunkanku dari kejutan yang begitu dahsyat ini. Ha??? Aku?? Mimpikah ini? Tapi bu Any meyakinkanku kalau ini bukan mimpi. “Naiklah ke atas panggung, impianmu sudah menjemput. Bitte!!”

# # #

Jogja, 13 Juni 2009 Di dunia ini hanya ada tiga kata untuk menjadikan sebuah mimpi menjadi kenyataan. Sintaksis mimpiku adalah kumpulan dari frasa yang kurangkai menjadi kata. Tiga kata yang mewujudkan satu sintaksis itu adalah “ /PIKIRAN/, /MENJADI/, /KENYATAAN/. Dan sintaksis dari kata itu “apa yang kita pikirkan akan menjadi kenyataan”. ini adalah ilmu “The Secrect of Attraction, atau yang lebih dikenal dengan Rahasia dari sebuah ketertarikan”. Aku belajar ini darimu, Ton. Kau masih ingat? Kau yang membantuku mewujudkan mimpi ini, tapi kenapa sebelum sempat kupamerkan padamu keberhasilanku kau memilih untuk menikmati senjamu sendiri?

JINGGA

Bagaimana bisa kurenggut itu matahari dari langit senja

Sedang waktu berderap genderang bertalu-talu

Kini tinggal sepertiga bulatan jinga menyala

Laut kaca kental oleh cahaya

Di tepinya

Aku

Tangan gemetar

Terpukau

Tak mampu digerakkan jadi apa

Perasaan asing menebarkan akar-akarnya

Perasaan penasaran berpacu makin kencang makin kencang

Tak tertahankan lagi

Aku

Menjerit-jerit

Matahari begitu jelas makin menjauh

Menuju tenggelam di balik cakrawala

Perasaan sia-sia

Hanya bekas tapak kaki

Akan tertinggal

Di pasir

Tempat ombak merayap tak henti-hentinya

Dan menyapunya

Habis


# # #

Aku ingat betapa kau mengagumi senja, dan ini puisi yang slalu ku tunjukkan padamu, sebuah puisi karya Ikranagara. Hanya untuk puisi ini, kau bilang tak suka dengan alasan kau paling benci dengan perpisahan karena menurutmu itu adalah puisi perpisahan. Tapi kau tahu, sekarang hampir setiap hari kubaca puisi ini “... Hanya bekas tapak kaki, Akan tertinggal, Di pasir , Tempat ombak merayap tak henti-hentinya, Dan menyapunya, Habis “. Hanya ada kenangan tentang mu,

Nice Dream…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar