Rabu, 19 Mei 2010

EPISODE 8

EPISODE 8

Sudah seminggu lebih Bagas dirawat dan dia belum sadar juga, Anez tambah khawatir dengan keadaan Bagas yang belum ada perkembangan, wajah Anez kuyu dan ada lingkaran hitam di matanya terlihat dia sering ga tidur karna ngejagain Bagas, kalo-kalo Bagas bangun, dia pengen ketika Bagas bangun nanti orang yang pertama kali dilihat Bagas adalah dia. Ponsel Anez bergetar ternyata alarm untuk mengingatkan bahwa hari itu Andi ulang tahun, ya ampun… Anez hampir lupa dengan hari ulang tahun tunangannya, hah… hati Anez makin pilu jika mengingat wajah tunangannya yang dewasa dan sederhana itu, hampir saja dia lupa bahwa dia sudah bertunangan dengan orang yang sudah dipacarinya selama 2 tahun sejak dia putus dengan Adit. Anez beranjak dari tempat ia mendampingi Bagas, siang itu hanya Anez yang menjaga Bagas, Dea harus berangkat sekolah karna ada ujian semester, Bi Imah menjaga rumah, Pak Bahri mengantar dan menunggu Dea di sekolah serta orang tua Bagas juga belum datang, Yongkipun ada praktikum di lab computer di kampusnya.
Anez keluar dari kamar VIP itu dan duduk di teras, dia tekan tombol ponselnya untuk menghubungi Andi untuk mengucapkan selamat ulang tahun.
“assalamualaikum mas”
“walaikumsalam, ada apa ayank?” suara serak basah terdengar dari seberang
“emm… selamat ulang tahun ya mas…”
“ya... makasih yank, lho kok ayank nangis?” rupanya Andi tau kalo Anez sudah menitikkan air matanya, jujur dari lubuk hatinya Anez rindu dengan tunangannya itu, dia ingin memeluk erat dan membagi segala kepenatan yang dia alami selama beberapa bulan ini.
“ga kok mas, aku lagi pilek nih” Anez menghirup kembali cairan yang keluar dari hidungnya.
“ayank kangen ya sama mas? Mas juga kangen ko sama ayank. Kapan ayank pulang?”
Mendengar kata-kata Andi, tangisan Anez semakin memecah, Andi memang tidak bisa dibohongi.
“ya mas, aku kangen mas, insya alloh minggu depan aku pulang, mas mau kado apa?”
“kamu pulang aja udah buat mas senang”
Telepon dimatikan Anez. Tubuh Anez mengguncang, dia sudah tidak bisa lagi menahan tangis, Anez manangis sesenggukan sampai ponselnya hampir kebasahan karna air matanya yang semakin deras. Anez merasa sangat bersalah kepada tunangannya karna hampir saja dia menghianatinya dengan menaruh hati kepada Bagas, Anez teringat dengan Bagas, dia menoleh ke dalam kamar VIP di belakangnya, tempat Bagas, ternyata sudah dari tadi Bagas mendengarkan percakapan Anez, Bagas sudah sadar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar