Jumat, 07 Mei 2010

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMAHAMI STRUKTUR BAHASA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAM

A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran ketrampilan menulis sebagai bagian integral dari pengajaran bahasa Indonesia, diberikan dengan tujuan agar siswa mampu menuangkan gagasannya dalam bahasa tulis yang lancar dan tertib. Kehadiran pengajaran menulis yang terencana dengan baik dirasakan amat mendesak, karena keterampilan menulis sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, kehadirannya mutlak diperlukan. Apalagi mengingat perkembangan ilmu dan teknologi yang menuntut manusia untuk mampu mengkomunikasikan gagasannya melalui bahasa lisa ataupun tulisan secara lancar.
Karya tulis dewasa ini dianggap sebagai salah satu tolak ukur kemampuan berpikir seseorang. Henry Guntur Tarigan (1988: 35) bahkan menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dan Negara dilihat dari maju tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. bahkan pemerintah melalui mentri pendidikan nasional pun mengakui arti pentingnya keterampilan menulis. Hal ini terlihat dari berbagai penghargaan terhadap karya tulis yang terselenggara melalui lomba karya tulis ilmiah popular remaja oleh pemerintah, dengan tujuan untuk memotivasi siswa khususnya dalam kegiatan tulis-menulis. Sayangnya sampai sekarang masih banyak keluhan tentang kurangnya kemampuan menulis siswa. Menurut Badudu (1989: 21) siswa belum memiliki keterampilan berbahasa Indonesia sebagaimana dalam tujuan pengajarannya.
Pada hakikatnya siswa menyadari pentingnya memiliki keterampilan menulis sebagai bekal melanjutkan studi kejenjang pendidian yang lebih tinggi, namun setiap dihadapkan pada tugas menulis, siswa sering kali menghadapi kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat berupa kesulitan dalam menggunakan kaidah tata bahasa dan ejaan yang tepat, pemilihan kosa kata yang tepat, penyusunan kalimat efektif, atau pemilihan teknik pengembangan paragrapf.
Rendahnya ketermilan menulis siswa diduga disebabkan oleh banyak faktor, baik itu faktor internal (dari dalam diri siswa) maupun faktor eksternal (dari luar diri siswa). Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya keterampilan menulis mereka adalah rendahnya pengetahuan tentang kaidah bahasa yang berlaku, minimnya jumlah kata yang dimiliki, dan minimnya pengetahuan tentang materi yang akan dibahas dalam tulisan. Hal ini diduga juga karena kurangnya motivasi belajar siswa terhadap pengajaran menulis di Sekolah Dasar.
Apabila dicermati, sebagian faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya kualitas tulisan siswa di atas berhubungan erat dengan kemampuan memahami struktur bahasa yang akan mereka gunakan dalam menulis. Dengan kata lain, faktor tersebut bersumber pada rendahnya kemampuan memahami struktur bahasa yang digunakannya.
Kemampuan memahami struktur bahasa dapat diperoleh siwa melalui beberapa kegiatan berbahasa. Kegiatan berbahasa tersebut dapat berjalan apabila didasari dengan motivasi dari siswa. Sayangnya tidak semua siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam kaitannya dengan keterampilan menulis. Motivasi belajar yang rendah diduga akan berakibat rendahnya memahami struktur bahasa. Akibatnya siswa yang motivasi belajarnya rendah akan berakibat rendah pula kemampuan memahami struktur bahasanya. Hal ini akan berlanjut pada kegiatan berbahasa yang lain yang berbentuk tulis. Dengan kemampuan memahami struktur bahasa yang rendah maka hasil tulisannya akan rendah pula.
Masalah ini kiranya begitu penting dan menarik untuk diteliti lebih lanjut. Ini terlihat dari beberapa penelitian terdahulu banyak yang mengulas masalah ini. Hal ini menandakan bahwa masalah ini memang ada dan cukup penting untuk diteliti. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain misalnya penelitian yang dilakukan oleh Suhariyanti (2001) dan Arnita (1998).
Suhariyanti (2001) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penguasaan struktur bahasa dan keterampilan menulis eksposisi memiliki hubungan positif yang signifikan.
Sedangkan Arnita (1998) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia dan penguasaan diksi dengan kemampuan menulis paparan siswa Muhammadiyah 11 Jakarta.
Berdasarkan kasus di atas maka penulis tertrik untuk mengadakan penelitian dengan judul: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMAHAMI STRUKTUR BAHASA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.
Agar penelitian ini lebih mendalam maka penelitian ini hanya akan membatasi pada:
1. kemampuan memahami struktur bahasa dalam kaitannya dengan keterampilan menulis.
2. Motivasi belajar khususnya motivasi belajar menulis dengan keterampilan menulis.
3. kemampuan memahami struktur bahasa dan motivasi belajar dalam kaitannya dengan keterampilan menulis.

B. Perumusan Masalah
Bertolak dari pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan memahami struktur bahasa dan keterampilan menulis?
2. Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dan keterampilan menulis?
3. apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara kemampuan memahami struktur bahasa dan motivasi belajar dengan keterampilan menulis?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Terdapat tidaknya hubungan antara kemampuan memahami struktur bahasa dan keterampilan menulis.
2. Terdapat tidaknya hubungan antara motivasi belajar dan keterampilan menulis.
3. terdapat tidaknya hubungan secara bersama-sama antara kemampuan memahami struktur bahasa dan motivasi belajar dengan keterampilan menulis.


D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi serta seni budaya, khususnya di bidang pendidikan, terfokus lagi dalam pengajaran bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan bagi pimpinan sekolah untuk mengarahkan siswanya dalam meningkatkan keterampilan menulis.
b. Bagi orang tua, sebagi bahan masukan agar orang tua aktif mendorong motivasi belajar anaknya agar keterampilan berbahasa khususnya menulis menjadi baik.
c. Bagi guru, memberi gambaran tentang arti pentingnya kemampuan struktur bahasa dan motivasi belajar bagi pengembangan keterampilan menulis.

E. Kajian Teoretis
1. Keterampilan Menulis
a. Hakikat Keterampilan
Kata keterampilan yang melekat pada frasa (kelompok kata) “keterampilan menulis” pada variable ini memiliki acuan pengertian keterampilan intelektual. Dijelaskan oleh Winkel (1991: 73), yang dimaksud keterampilan intelektual ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambing/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifak kognitif (Muhibbin Syah, 2000: 119). Jadi keterampilan intelektual di sini berkenaan dengan kecekatan orang dalam mendayagunakan segala fungsi mental/ kognitifnya untuk mencapai hasil secara maksimal. Melalui penjelasan itu, kata keterampilan pada penyebutan variable terikat penelitian ini, bukan dimaksudkan sebagai keterampilan motorik yang berhubungan dengan gerakan-gerakan otot tubuh seseorang.
Berdasarkan pandangan itu, pengertian keterampilan menulis disini diartikan sebagai kecekatan seseorang dalam hubungannya dengan bagaimana ia mendayagunakan semua fungsi mental/kognitifnya untuk menuangkan gagasan, ide, pengalaman, kepada orang lain melalui media bahasa tulis.

b. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung . menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Henry Guntur Tarigan, 1987: 3). Dengan demikian keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang menuntut seseorang dapat menghasilkan sesuatu sebagai ungkapan buah pikirannya secara tertulis.
Menulis adalah menempatkan atau menuangkan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami seseorang sehingga orang lain akan dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut jika mereka memahami gambaran grafik itu. Gambar atau luykisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan bahasa.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan ide, gagasan, pengalaman, dan pengetahuan dalam bahasa tulis. Menulis dalam hal ini identik dengan mengarang.

c. Ragam Tulisan
Dalam kaitannya dengan ragam tulisan, para ahli mengklasifikasikannya berbeda-beda. Menurut Weaver (dalam Henry Guntur Tarigan, 1984: 27) membuat klasifikasi tulisan membuat klasifikasi tulisan menjadi empat bentuk, yaitu: eksposisi, diskripsi. Narasi, dan argumentasi. Menurut Gorys Keraf (1995: 6-7) berdasarkan tujuan umum yang tersirat ada lima jenis tulisan, yaitu: eksposisi, argumentasi, persuasi, diskripsi dan narasi.
Mengenai ragam tulisan, penulis menggunakan ragam tulisan yang lazim digunakan dalam pembelajaran menulis di Indonesia, yaitu: ragam narasi, diskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Berkaitan dengan uraian di atas, mengingat variable terikat yang dikaji dalam penelitian ini ada di Sekolah Dasar belum ada konsep pembatasan tentang ragam tulisan, yang ada adalah praktik menulis sehingga pembedaan ragam tulisan di atas tidak diperlukan.

d. Unsur-Unsur dalam Bahasa Tulis
Dalam menulis kedudukan bahasa sebagai media penyampai amat penting. Agar gagasan/ide yang dituangkan dapat dipahami pembaca, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan unsur-unsur dalam bahasa seperti ejaan, pilihan kata atau diksi, penyusunan kalimat efektif, dan pengembangan paragraf. Keempat unsur bahasa tersebut memiliki kedudukan yang amat penting dalam mendukung terciptanya tulisan yang baik.
1) Ejaan
Harimurti Kridalaksana (2001: 38) memberikan batasan ejaan sebagai gambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan, yang lazimnya mempunyai tiga aspek yakni aspek fonologis, aspek morfologis, dan aspek sintaksis.
Tulisan siswa Sekolah Dasar Negeri sebagai tulisan semi ilmiah mensyaratkan penggunaan ejaan sesuai dengan kaidah yang ditentukan dalam EYD secara benar. Penggunaan ejaan yang dimaksud dalam tulisan siswa ini mencakup: (1) pemakaian dan penulisan huruf, (2) penulisan kata, (3) penulisan unsur serapan, dan (4) tanda baca.
2) Kosakata
Seorang penulis yang baik dituntut memiliki pengetahuan tentang kata. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwadarminta (1985: 17) yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang kata yang luas amat penting artinya bagi seorang penulis.
Dalam kaitannya dengan pemilihan kata, sabarti Akhadiah (1987: 83) menyatakan bahwa ada dua syarat pokok yang harus diperhatikan yaitu ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan menyangkut makna, aspek logika kata-kata, kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Sedangkan kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan/ situasi dan keadaan pembaca.
Tulisan siswa Sekolah Dasar yang dimaksudkan dalam penelitian ini mensyaratkan penggunaan kosakata baku bahasa Indonesia. Dengan kata lain, siswa dituntut menggunakan kata-kata secara konsisten sesuai dengan aturan yang berlaku.
3) Kalimat
Seorang penulis harus mampu menuangkan idenya dengan kalimat yang baik dan efektif. Henry Guntur Tarigan (1987: 20) menyatakan bahwa kalimat yang baik adalah kalimat yang jelas memperlihatkan kesatuan gagasan dan bukan hanya merupakan penggabungan dan kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. Dalam kaitannya dengan kalimat yang baik, Sabarti Akhadiah (1987: 116) menyatakan bahwa kalimat yang baik adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku..
Sabarti Akadiah (1987: 116) menyatakan bahwa kalimat efektif mempunyai ciri-ciri: (1) kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran bentuk (paralelisme), (3) penekanan, (4) kehematan dalam menggunakan kata, dan (5) kevariasian dalam struktur kalimat.
4) Paragraf
Paragraf pada hakikatnya merupakan rangkaian kalimat yang mengacu pada masalah, gagasan, dan pokok pembicaraan yang sama. Sabarti Akhadiah (1987: 144) berpendapat bahwa paragraph merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraph terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf.
Dalam pengembangan paragraf, seorang penulis harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasannya menjadi satu paragraf yang baik. Paragraph yang baik menurut Sabarti Akadiah (1987: 149) adalah paragraph yang memenuhi persyaratan kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.
Berdasarkan beberapa konsep atau teori yang telah dipaparkan di atas, pada hakikatnya keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang dalam menuangkan ide, gagasan, pengalaman serta permasalahan dengan menggunakan media tulis secara tepat kepada orang lain.
2. Kemampuan Memahami Struktur Bahasa
a. Hakikat kemampuan dan pemahaman
Istilah kemampuan memahami struktur bahasa mencakup konsep, yakni kemampuan, memahami, dan struktur bahasa. Kata ‘kemampuan’ dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan (2001: 707). Kata pemahaman oleh Mackey (1989: 127) diartikan sebagai masalah penafsiran dan harapan, yaitu penafsiran terhadap apa yang diperoleh dari proses belajar. Senada dengan pendapat tersebut, Smith dalam Henry Guntur Tarigan (1987: 43) mengartikan pemahaman atau comprehension sebagai suatu penafsiran atau pengintrepretasian pengalaman menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, dan menemukan jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan kognitif.
b. Hakikat Struktur Bahasa
Setiap bahasa mempunyai struktur yang khas bagi bahasa yang bersangkutan. Struktur mempunyai peranan penting dalam bahasa. Istilah structural adalah nama susunan (konstituen di dalamnya) dari kiri ke kanan, yaitu sebagi susunan segmen-segmen (Verhaar, 1996: 369). Struktur sering diistilahkan dengan tata bahasa, struktur gramatikal, atau kaidah bahasa (Burhan Nuriyantoro, 1988: 184). Lewat struktur bahasa seseorang dapat memahami (reseptif) dan menyampaikan (produktif) makna komunikasi. Karena struktur bahasa merupakan hal yang penting maka penguasaan terhadap struktur bahasa sangat diperlukan.
Struktur bahasa menunjukkan aturan atau kaidah bahasa. Apabila kaidah bahasa tersebut dipahami dan dikuasai oleh seseorang memungkinkan untuk memahami pembicaraan dari pihak lain dengan tepat, dan dapat menyampaikan ide, gagasan, perasaan, dan kemauan kepada pihak lain dengan tepat pula.
Terdapat berbagai pendapat mengenai cakupan struktur bahasa. Ada ahli yang menyatakan bahwa struktur bahasa terdiri dari morfologi, dan sintaksis saja, ada pula yang memasukkan unsur fonologi. Verhaar (1996: 12) menyatakan bahwa struktur bahasa meliputi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Selanjutnya ia menegaskan bahwa yang termasuk dalam tata bahasa adalah morfologi dan sintaksis, sedangkan fonologi tidak bermakna, tetapi berfungsi sebagai pembeda makna. Lyons (1996: 167) menyebutkan bahwa tata bahasa tradisional bekerja dengan dua satuan dasar diskripsi gramatikal yaitu kata dan kalimat, atau dengan kata lain tata bahasa mencakup fonologi dan sintaksis.
Berbeda dengan pendapat-pendapat di atas, Samsuri (1987: 44) menyatakan bahwa struktur bahasa mencakup fonologi, morfologi dan sintaksis. Selanjutnya ia menyatakan bahwa tata bahasa tidak lain adalah kepandaian membuat kalimat-kalimat gramatikal, terutama bagi para murid.
Berbagai pendapat sehubungan dengan cakupan struktur bahasa yang telah dipaparkan, namun bila dicermati dengan seksama pada hakikatnya sama bahwa struktur bahasa terdiri dari morfologi, dan sintaksis. Dimasukkannya fonologi ke dalam struktur bahasa dapat dijelaskan bahwa di dalam kenyataan berbahasa, morfologi dan sintaksis tersusun dari gabungan atau susunan fonem-fonem secara bersistem. Fonem-fonem sendiri tidaklah hanya berfungsi sebagai pembeda makna.
Bertolah dari pemaparan teori di atas, maka pada hakikatnya kemampuan memahami struktur bahasa adalah kecakapan atau kemampuan menguasai system kaidah atau aturan-aturan dalam bahasa yang meliputi kaidah morfologi dan sintaksis (struktur kalimat), dan memahami hubungan antar satu satuan kebahasaan, serta mengenali bagian-bagian kalimat seperti kata, frasa, klausa, dan sebagainya sesuai dengan system bahasa yang berlaku.

3. Motivasi Belajar
a. Hakikat Motivasi
Menurut S. Nasution (1995: 73) Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1990: 71) Motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar dia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil tertentu.

b. Hakikat Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa dorongan kebutuhan belajar dan harapan akan cita-cita. Dan karena faktor ekstrinsik seperti lingkungan yang kondusif, adanya penghargaan, dan kegiatan belajar yang menarik. Menurut Hamzah B. Uno (2007: 23) Bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Menurut Sardiman AM (2001: 73) motivasi belajar adalah merupakan faktor pisikis yang bersifat nonintelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa seorang siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan memiliki energi positif untuk melakukan kegiatan belajar, terutama dalam hal ini adalah motivasi belajar dalam menulis semi ilmiah bagi anak Sekolah Dasar.

c. Fungsi Motivasi
Dalam pendidikan motivasi memiliki peranan yang sangat penting, terutama dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk dapat terlaksananya kegiatan harus ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu. Dengan kata lain untuk melaksanakan kegiatan menulis maka harus ada motivasi untuk menulis. Motivasi dapat memberi semangat dan petunjuk dalam belajar.
Crow dan Cow yang dikutipoleh Tabrani Rusyan (1989: 121) memperjelas pentingnya motivasi dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut: belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dari minat yang telah ada pada diri anak.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta merubah kelakuan. Berikut ini adalah beberapa fungsi motivasi menurut pendapat Oemar Hamalik (2007: 161) yaitu:
1. Mendorong timbulnya kelakuan pada suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain (Sardiman. AM, 2001: 83) dari motivasi yaitu sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi belajar yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Tingkat motivasi seorang siswa akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran terutama dalam hal ini adalah pembelajaran menulis pada anak Sekolah Dasar.
Hamzah B. Uno (2007: 27) menyatakan bahwa motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan prilaku individu, termasuk prilaku individu yang sedang belajar. Beberapa peran penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran menurut Hamzah antara lain dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan ketekunan belajar.

F. Kerangka Berpikir
Menulis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang amat kompleks. Dalam menulis, seluruk kemampuan dan penguasaan bahasa seseorang disatupadukan dalam bentuk upaya penuangan gagasan secara runtut, cermat, dan lancer. Agar gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulis tersebut dapat dipahami oleh orang lain maka penuangan gagasan tersebut harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh orang lain, tidak menimbulkan penafsiran ganda. Bahasa yang dijadikan media penuangan gagasan mempunyai struktur tersendiri, maka dari itu struktur bahasa tersebut harus dikuasai oleh seorang penulis agar hasil tulisannya dapat dipahami oleh orang lain. Dengan kata lain dengan kemampuan memahami struktur bahasa akan semakin terampil menuangkan gagasanya dalam bentuk tulis.
Di lain pihak dapat dikatakan bahwa keterampilan berbahasa yang baik perlu dilatih atau dibiasakan dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan berbahasa anak sehari-hari dapat berlaku disembarang tempat. Kemampuan memahami struktur bahasa dan keterampilan menulis di keluarga atau di rumah perlu ditingkatkan. Peningkatan itu perlu didukung motivasi belajar yang tinggi. Dengan motivasi belajar yang tinggi seseorang akan mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dan informasi yang nantinya dapat dijadikan bahan dalam menulis. Dalam pengertian motivasi belajar termasuk belajar menulis. Belajar menulis yang dilakukan dengan memotivasi yang tinggi akan mengarahkan seseorang akan terampil menulis.
Berdasarkaan uraian di atas dapat diduga ada hubungan positif antara memahami struktur bahasa dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan keterampilan menulis siswa.
Secara visual, kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:










Keterangan:
1a. Kemampuan memahami struktur bahasa naik, keterampilan menulis naik juga.
1b. Kemampuan memahami struktur bahasa turun, keterampilan menulis turun juga.
2a. Motivasi belajar naik, keterampilan menulis naik juga.
2b. Motivasi belajar turun, keterampilan menulis turun juga.
3a. Kemampuan memahami struktur bahasa dan motivasi belajar naik, keterampilan menulis naik juga.
3b. Kemampuan memahami struktur bahasa dan motivasi belajar turun, keterampilan menulis turun juga.



G. Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir yang telah dikemukaka, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif antara kemampuan memahami struktur bahasa dan keterampilan menulis.
2. Ada hubungan positif antara motivasi belajar dan keterampilan menulis.
3. Ada hubungan positif antara kemampuan memahami struktur bahasa dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan keterampilan menulis.

F. Metodologi penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri se-Gugus Ki Hajar Dewantara yang ada di kecamatan Sidoharjo kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2009/2010.
b. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah awal bulan Agustus 2009 sampai akhir bulan Februari 2010. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Table 2. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb
1 Pengajuan judul x---
2 Pembuatan proposal -xxx
3 Pengurusan surat ijin xx-
4 Penyusunan Instrumen --xx x---
5 Pengujian instrumen -x--
6 Perbaikan instrumen --x-
7 Uji persyaratan ---x
8 Pelaksanaan penelitian xxxx xx--
9 Pengolahan data dan analisis data --xx xxxx
10 Pembuatan laporan xxxx
2. Metode dan Desain Penelitian
a. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan studi korelasional untuk memecahkan masalah. Di pilihnya metode tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa tujuan penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan status dan gejala pada saat penelitian berlangsung dan dapat mengumpulkan data dari subjek penelitian yang relatif besar.
b. Desain Penelitian
Terdapat tiga variable yang terlibat dalam penelitian ini. Ketiga variable tersebut adalah: keterampilan menulis (Y), sebagai variable terikat, sedangkan variable-variabel bebasnya terdiri atas: kemampuan memahami struktur bahasa (X1), dan motivasi belajar (X2).
Pola hubungan antar variable dalam penelitian ini digambarkan dalam desain penelitian sebagai berikut.
Gambar 2. Pola Hubungan Antar Variabel Penelitian






3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Gugus Ki Hajar Dewantara kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah 235. Populasi tersebut dapat dilihat pada table 1 berikut.

Tabel 1. Populasi Penelitian
No Sekolah Dasar Negeri se-Gugus Ki Hajar dewantara Murid (L) Murid (P) Jumlah
1 Purwosuman 01 38 39 77
2 Purwosuman 02 13 10 15
3 Purwosuman 04 15 25 40
4 Purwosuman 05 5 8 13
5 Bentak 01 10 7 17
6 Bentak 02 11 7 18
7 Duyungan 01 9 10 19
8 Duyungan 02 11 17 28
JUMLAH 112 123 235
Kelas V dipilih karena materi struktur sudah dipelajari di kelas V dan anggapan bahwa kelas V sudah banyak praktik menulis
b. Teknik Pengumpulan sampel
Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan teknik multiplestageccluster random sampling. Dengan teknik ini sampel ditarik dari kelompok populasi tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi anggota sampel. Cara menentukan anggota subpopulasi menjadi sampel adalah dengan equal probability. Melalui cara ini dari tiap kelompok populasi dipilih sejumlah anggota tertentu untuk dimasukkan ke dalam sampel.
Penentuan besar kecilnya sampel penelitian mpendapat Mantra dan Kastro seperti dikutip oleh Masri Singarimbuan (1989: 107) yang menyatakan bahwa sampel yang tergolong sampel besar yang berdistribusi normal dan apabila yang digunakan adalah teknik korelasi maka sampel yang harus diambil minimal 30. berdasarkan pendapat tersebut, dalam penelitian ini ditetapkan 125 siswa sebagai sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (rondom).

4. Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas, yaitu (1) kemampuan memahami struktur bahasa (X1) dan (2) motivasi belajar (X2), dan satu variabel terikat, yaitu keterampilan menulis (Y).

5. Devinisi Operasional Variabel
Berikut ini dikemukakan definisi operasional dari ketiga variabel penelitian yang diteliti.
Keterampilan menulis adalah skor yang diperoleh siswa setelah ia mengerjakan tes keterampilan menulis. Skor yang diperoleh itu merupakan cerminan kemahiran mereka dalam menuangkan ide/gagasan serta menganalisis permasalahan dengan menggunakan media tulis secara tepat, yang diukur melalui aspek (1) isi, (2) alur/organisasi, (3) tata bahasa, (4) kosakata, dan (6) ejaan.
Kemampuan memahami struktur bahasa adalah skor yang diperoleh siswa setelah mengerjakan tes kemampuan memahami struktur bahasa. Perolehan skor ini menggambarkan kemampuan siswa dalam memahami kaidah-kaidah kebahasaan yang mencakupi fonologi, kata (jenis kata), bentuk kata, frasa, klausa, dan kalimat yang dimilikinya sebagai sarana untuk berbahasa baik secara reseptif maupun produktif, yang terukur melalui kemampuan siswa dalam: (1) memahami konsep fonologi, (2) membedakan jenis-jenis kata, (3) memahami konsep bentuk kata asal dan turunan, (4) memahami ciri-ciri kalimat, bagian-bagian kalimat, (5) memahami jenis-jenis kalimat: Tanya; perintah; berita.
Motivasi belajar merupakan skor yang diperoleh siswa sesudah mengerjakan angket motivasi belajar. Skor yang didapat ini merupakan gambaran dari suatu kekuatan atau tenaga atau daya bersifat kompleks dan kesiapsediaan dirinya sebagai individu untuk bergerak kea arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari, dan didorong atau rangsangan pada dirinya untuk menuju ke penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya yang dapat diamati atau diukur melalui aspek: (1) Durasinya (berapa lama), (2) frekuensinya (berapa sering), (3) persistensi (ketepatan dan kelekatan), (4) ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi kesulitan, (5) devosi (pengabdian dan pengorbanan), (6) aspirasinya, (7) kualifikasi yang dicapai dari kegiatan (memuaskan/tidak, memadai/tidak), dan (8) arah sikapnya terhadap sasaran (suka/tidak suka, positif/negatif).


6. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan variabel penelitian ini, terdapat tiga jenis data yang dikumpulkan. Data kemampuan memahami struktur bahasa dikumpulkan dengan teknik tes objektif pilihan ganda. Dan motivasi belajar dikumpulkan dengan teknik nontes yang berbentuk angket. Data keterampilan menulis dikumpulkan dengan teknik tes esai berupa pemberian tugas menulis dengan kriteria yang ditentukan.

7. Instrumen Penelitian
Data penelitian ini berbentuk skor keterampilan menulis, skor kemampuan memahamii struktur bahasa, dan skor motivasi belajar.
Skor keterampilan menulis, skor memahami struktur bahasa, dan skor motivasi belajar dijaring melalui instrumen yang berupa tes esai untuk menulis, tes objektif untuk memahami struktur bahasa, sedangkan skor motivasi belajar dijaring dengan menggunakan kuesioner atau angket.
Instrumen penelitian yang berbentuk tes dan kuesioner dibagikan kepada subjek penelitian disertai penjelasan secara tertulis mengenai cara pengisiannya yang menyatu pada lembar perangkat instrumen tersebut, kemudian responden diberi kesempatan untuk mengisi atau memberi jawaban/tanggapan. Sesudah instrumen diisi lalu dikumpulkan kembali.
Ketiga instrumen ini tersusun setelah melalui berbagai tahapan, yaitu: (1) mengkaji teori atau konsep yang bertalian dengan masing-masing variabel, (2) mengidentifikasi indikator-indikator untuk masing-masing variabel, (3) menyusun definisi operasional, (4) menyusun kisi-kisi, yang diwujudkan dalam bentuk tabel spesifikai instrumen, (5) menyusun butuir-butir instrumen lengkap dengan skala pengukurannya, dan (6) mengujicobakan instrumen.

8. Teknik Kalibrasi (Validitas dan Reliabilitas)
a. Validitas
1. Validitas Tes Kemampuan Memahami Struktur Bahasa
Untuk mengukur validitas tes tersebut dilakukan dengan menghitung validitas tiap butir tes, yakni dengan rumus Korelasi Poin Biserial (r pbi) sebagai berikut:

Keterangan:
r pbi (i) = koefisien r poin biserial untuk butir ke-i
Xi = rerata skor total responden yang menjawab benar pada butir ke-i
Xt = rerata skor total responden
St = standar deviasi skor total
pi = proporsi jawaban benar untuk butir ke-i
qi = proporsi jawaban salah untuk butir ke-i
2. Validitas Angket Motivasi Belajar
Uji validitas angket motivasi belajar dilakukan terhadap validitas isi dengan menggunakan rational judgement yakni menentukan butir-butir angket telah menggambarkan indikator- indikator dalam variabel motivasi belajar atau belum.
Selain itu, uji validitas angket motivasi belajar secara empiris dicari dengan teknik korelasi Product Moment angka kasar, bukan dengan rumus simpangan.
Berikut rumus korelasi Product Moment Angka Kasar yang dimaksudkan untuk melakukan analisis uji validitas motivasi belajar:


Keterangan:
r xixt = koefisien korelasi antara skor butir pernyataan dan skor total yang
dicari
N = jumlah responden uji coba
Xi = skor hasil butir pernyataan untuk butir ke-i
X2 = Skor hasil total angket motivasi belajar
b. Reliabilitas
1. reliabilitas Tes Kemampuan Memahami Struktur bahasa
Teknik pengukuran tingkat reliabilitas tes kemampuan memahami struktur bahasa pada penelitian ini menggunakan rumus KR-20, sebagai berikut:


Keterangan:
r = Koefisien reliabilitas tes kemampuan memahami struktur bahasa
n = jumlah butir tes yang valid
p = proporsi jawaban benar untuk butir ke-i
q = proporsi jawaban salah untuk butir ke-i
St = Standar deviasi total
St2 = Varian skor total
2. Reliabilitas Angket Motivasi Belajar
Untuk menguji reliabilitas angket motivasi belajar dilakukan dengan menggunakan formula Alpha cronbach sebagai berikut:

Keterangan:
k = Jumlah butir pernyataan pada angket motivasi belajar
= Jumlah varians skor tiap-tiap butir pernyataan dalam angket motivasi
belajar
St2 = Varians skor total

9. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data penelitian ini, teknik yang digunakan mencakupi analisis data secara diskriptif dan analisis data secara inferensial. Analisis diskriptif, meliputi pendiskripsian tendensi sentral dan tendensi penyebaran, penyusunan distribusi frekuensi nilai dan histogramnya. Sementara itu, analisis data secara inferensial digunakan untuk keperluan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis, meliputi pengujian hipotesis I dan II digunakan teknik korelasi sederhana, sedangkan pengujian hipotesis III digunakan teknik korelasi ganda
dapun rumus korelasi sederhana sebagai berikut:



Keterangan:
r y.x = koefisien korelasi antara skor X dan Skor Y yang dicari
n = jumlah responden uji coba
Y = Skor mengembangkan keterampilan paragraph
X = skor minat membaca atau skor penguasaan kosa kata.
(Sudjana, 1992: 47).
Sementara itu, rumus korelasi ganda adalah sebagai berikut:


Keterangan:
Ry.12 = koefisien korelasi ganda (bersama-sama)
JK (reg) = jumlah Kuadrat Regresi (Sudjana, 1992: 107).
Selain digunakan analisis data statistik dengan korelasi product moment untuk mengetahui kadar atau derajat kekuatan hubungan antara variabel bebas dengan terikat sebagaimana tersebut di atas, dalam analisis data ini pun perlu diketahui model persamaan garis regresi yang hendak ditentukan. Adapun model persamaan garis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Model persamaan Garis Regresi Linier Sederhana Y atas X1 yang digambarkan sebagai
2) Model Persamaan Garis Regresi Linier Sederhana Y atas X2 yang digambarkan sebagai
Harga besaran a dan b dicari dengan rumus sebagai berikut:





Keterangan:
a = bilangan konstanta
b = koefisien arah regresi
Di samping dua model persamaan garis regresi linier sederhana seperti tersebut di atas, dalam analisis data ini pun juga ditentukan model persamaan garis regresi linier ganda. Adapun model hubungan dalam persamaan garis regresi linier ganda tersebut dapat digambarkan modelnya sebagai berikut:
(Sudjana, 1992: 70)

Koefisien b0; b1; b2 dicari dengan rumus sebagai berikut:







10. Uji Persyaratan Analisis
Uji persyaratan analisis, itu meliputi: a) uji normalitas dan 2) uji keberartian dan lineritas regresi. Uji normalitas digunakan teknik Lilliefors, sedangkan uji keberartian dan linearitas regresi digunakan teknik anava dalam regresi ganda.

11. Hipotesis Statistik

1. Hipotesis Pertama
a. H0 : 0
b. H1 : 0
2. Hipotesis Kedua
a. H0 : 0
b. H1 : 0

c. Hipotesis Ketiga
a. H0 : 0
b. H1 : 0

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, 1989. Membaca Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima

Goys Keraf. 1995. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.

Hamzah B.Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa.

Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lyons, Jhon.1996. Linguistics Semantics An Introduction. London: Cambridge University Perss.

Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moh. Nasir. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Oemar Hamalik. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Angkasa.

Purwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sabarti Akhadiah, dkk. 1987. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: CV Manasco.

Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja GRafindo Persada.

Sudjana. 1992. Metode Statistik. Bandung. Tarsito.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.

. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Tarsito.

. 1988. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Tarsito.

Verhaar, J.W.M. 1996. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gramedia Unyversity Perss.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar