Jumat, 07 Mei 2010

RESENSI BUKU “Coffe at Luna’s”

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Resensi Buku
Resensi berasal dari bahasa Latin revidere atau reicensere artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai (1997:1). Meresensi buku berarti memberikan penilaian terhadap buku. Resensi buku di Indonesia memiliki banyak sekali istilah, yaitu; timbangan buku, bedah buku, tinjauan buku, pembicaraan buku. Meresensi buku juga bisa dijadikan sebagai cara paling praktis untuk menerapkan konsep mengikat makna dengan melanjutkan kegiatan membaca buku dengan menuliskan pemahamanmu atas buku yang kamu baca. (Hernowo, 2004: 4).
Resensi buku merupakan salah satu informasi tentang buku biasanya yang baru terbit dan yang dimuat di media massa cetak, surat kabar, dan majalah. Informasi fisik yaitu tampilan buku, judul, penulis/pengarang, penerjemah, penerbit, cetakan, tebal buku dan isi buku dapat diketahui dari resensi. Sebuah resensi harus memuat hal-hal sebagai berikut.
1. Data buku atau identitas buku
a. Judul buku. Jika buku yang akan diresensi adalah buku terjemahan, akan lebih baik jika dituliskan judul asli buku tersebut.
b. Penulis atau pengarang. Jika buku yang diresensi adalah buku terjemahan, maka harus disebutkan penulis buku asli dan penerjemah.
c. Nama penerbit
d. Cetakan dan tahun terbit
e. Tebal buku dan jumlah halaman
2. Judul Resensi
Judul resensi boleh sama dengan judul buku, tetapi tetap dalam konteks buku itu.
3. Ikhtisar Isi Buku
Dalam meresensi buku, seorang resentator harus menulis buku yang hendak diresensi. Ikhtisar adalah bentuk singkat dari suatu karangan atau rangkuman. Ikhtisar merupakan bentuk singkat karangan yang tidak mempertahankan urutan karangan atau buku asli, sedangkan ringkasan harus sesuai dengan urutan karangan atau buku aslinya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat ikhtisar isi buku adalah sebagai berikut.
a. Membaca naskah/buku asli.
Penulis ikhtisar harus membaca buku asli secara keseluruhan untuk
mengetahui gambaran umum, maksud, dan sudut pandang pengarang.
b. Mencatat gagasan pokok dan isi pokok setiap bab.
c. Membuat reproduksi atau menulis kembali gagasan yang dianggap penting ke dalam karangan singkat yang mempunyai satu kesatuan yang padu.
4. Kelebihan dan Kekurangan Buku.
Penulis resensi harus memberikan penilaian mengenai kelebihan dan
kelemahan buku yang disertai dengan ulasan secara objektif.
5. Kesimpulan
Penulis resensi harus mengemukakan apa yang diperolehnya dari buku yang diresensi dan imbauan kepada pembaca. Jangan lupa cantumkan nama kamu selaku peresensi. (Koran Motivasi Edisi 01/September 2008).

B. Tujuan Resensi Buku
Adapun tujuan dari kegiatan meresensi buku, yaitu:
1. Membantu pembaca (umum) yang belum berkesempatan membaca buku yang dimaksud atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku. Dengan adanya resensi, pembaca setidaknya bisa mengetahui gambaran dan penilaian umum terhadap buku tertentu.
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu, pembaca bisa belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu. Memang, peresensi bisa saja sangat subjektif dalam menilai buku.
3. Mengetahui latarbelakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
4. Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya tidak melulu melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh pengarang buku tersebut, kalau tidak, biasanya juga menghadirkan buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.
5. Bagi penulis buku yang diresensi, bisa sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya karena tak jarang peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya.
C. Langkah-langkah Meresensi Buku
Tahap Persiapan
Memilih jenis buku : Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat tertentu pada sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita fokus untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan latarbelakang pendidikan kita. (hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus). Ini terkait dengan ”otoritas ilmiah”. . Hal ini tidak berarti membatasi tau melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa berbicara apa.
Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya sehingga tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang diniatkan sekedar untuk berbagi ilmu) tetap bisa diresensi dan dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal personal).
Jangan lupa mengadakan orientasi terhadap pengarang seperti yang dikatakan Kustadi Suhandang yaitu dengan memenuhi rasa ingin tahu pembaca tentang buku-buku lain yang pernah ditulis oleh pengarang. Apakah buku itu sejalan dengan pekerjaan penulis dan apakah buku itu merupakan karya baru. (Suhandang, 2004:12)
Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;

Judul Karya Resensi:
Judul Buku
Penulis: Penerbit:
Harga:
Tebal:


Tahap Pengerjaan
Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi, mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang terdapat dalam buku tersebut.
Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal; informasi awal buku (seperti format diatas), dan tentukan judul yang menarik dan “provokatif”. Membuat ulasan singkat buku. Diskripsi garis besar isi buku.
Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya. Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca. Mengkoreksi karya resensi. Mengkoreksi kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
http://www.menulisyuk.com.
Tahap Publikasi
Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi. Seperti yang dipaparkan Handayani bahwa setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi peresensi.( http://www.menulisyuk.com.). Menyertakan cover halaman depan buku. Dan mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh resensi buku berikut ini!

RESENSI BUKU:

A. Identifikasi Buku
1) Judul Buku : Coffe at Luna’s
Terjemahan dari Coffee at Luna’s, Terbitan NFI Research
2) Pengarang : Chuck Martin
Penerjemah : Ika Wulandari
Penyunting : Ari
3) Penerbit : B-first, IKAPI (PT. Bentang Pustaka)
4) Cetakan : Pertama
Tahun terbit : Desember, 2008
5) Tebal Buku : 19 cm
Jumlah Halaman : Vi+136 hlm
B. Judul Resensi: Coffee at Luna’s
Ada seorang lelaki yang bernama Bill Taylor, ia bekerja di sebuah perusahaan jam ternama Unishare Technologies Inc di Sanfransisco. Ia hidup dengan istrinya yang bernama Jessica dan putranya yang bernama Peter.
Ia mendapatkan promosi dari perusahaannya, untuk menjadi direktur di salah satu anak perusahaannya yang berada di Boston. Dibulan-bulan awal ia memimpin ia merasa bingung dan frustasi, karena dia dan anak-anak buahnya selalu tidak bisa memenuhi target dari perusahaannya. Padahal Bill dan anak buahnya sudah bekerja dengan sangat keras. Mereka bekerja selama 6 hari dalam seminggu dan selama 60 jam dalam seminggu.
Pada suatu hari datanglah seorang yang disebut Bill “sang guru”. Dia memberikan tiga buah ilmu agar Bill dapat memimpin anak perusahaan Unishare Technologies Inc dengan baik dan menyenangkan. Tiga cara hal tersebut adalah :
1. Cari tahu : Cara pertama untuk memperbaiki yang ada disekitarmu adalah dengan memahami sesuatu yang terjadi. Kalau ingin mencari tahu, luangkan waktu untuk mencari.
Bill kemudian menerapkan ilmu dari sang guru tersebut. Dia mulai memperhatikan dan menganalisa anak buahnya di perusahaan seperti Michael, Stephanie dan Ronald. Anak buahnya seperti Michael merasa terkejut dengan kunjungan Bill Taylor keruangannya.
2. Ubah : lakukan tindakan konkret untuk memperbaiki keadaan yang diamati.
Bill juga menerapkan ilmu tersebut. Misalnya dia mulai punya waktu untuk keluarganya. Dia punya waktu untuk menjemput anaknya yang bernama Peter ke halte dekat sekolah.
3. Bagikan : sebarkan agar orang lain juga bertindak demi perbaikan.
Hakikat dari poin ke-3 ini adalah akhirnya anak buah Bill (Stephanie, Michael, Ronald)melakukan berbagai tindakan inovatif. Mereka membuat berbagai terobosan baru yang segar dan ringan. Akhirnya Bill dan anak buahnya dapat memajukan perusahaan itu dengan signifikan.
Buku Coffee at Luna’s adalah sebuah buku yang berisikan kiat-kiat untuk meraih sukses yang diajarkan oleh penulis, dengan analogi cerita mengenai seorang tokoh yaitu Bill Taylor. Dalam buku ini, Chuck Martin menyampaikan pesan yang sederhana, jelas, dan up to date. Cocok bagi pemimpin dan siapa saja dalam menghadapi dunia yang kian carut-marut dan kompleks ini.
Dengan gaya penceritaan yang sederhana, penulis mampu menyampaikan sesuatu masalah yang cukup berat tapi dikemas dengan bahasa yang ringan sehingga mudah dipahami. Yang lebih mentenangkan lagi adalah bahasa yang digunakan penulis dalam bercerita tidak monoton, tidak menggunakan bahasa baku, mudah dimengerti, sehingga selalu memancing rasa ingin tahu pembaca. Sehingga pembaca selalu ingin membaca buku ini sampai selesai dan segera mengaplikasikan hal-hal yang hebat yang disajikan penulis.
Namun, seperti kebanyakan buku terjemahan lainnya, dalam penerjemahan buku ini ada beberapa kata yang tidak mudah dipahami. Hal ini mungkin dikarenakan penerjemahan bahasa yang tidak sesuai untuk mewakili kata-kata dalam bahasa asli buku tersebut.
Buku Coffee at Luna’s memberikan pelajaran yang begitu hebat bagi kita dalam meraih kesuksesan mengembangkan diri, kesuksesan dalam hidup dan bahagia di tempat kerja. Semua itu dapat kita tempuh dengan menggunakan tiga cara yaitu menemukan, ubah dan bagikan.
Ketiga kiat sukses tersebut jika mampu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari maka akan diperoleh sebuah perubahan cara berpikir, cara pandang, dan cara bertindak dari diri kita terutama bagi kita yang tidak mampu menghargai waktu dan orang lain.


Daftar Pustaka

Martin, Chuck (diterjemahkan Ika Wulandari). 2008. Coffe at Luna’s Terjemahan dari Coffee at Luna’s, Terbitan NFI Research. Jakarta: PT. Bentang Pustaka.

Daniel Samad.1997. Dasar-dasar Meresensi Buku. Jakarta: PT Grasindo

Handayani. 2009. “Tidak Sulit Meresensi Buku”. http://www.menulisyuk.com. (diakses 19 Februari 2009).

Hernowo. 2004. Mengikat Makna Untuk Remaja. Bandung: Penerbit MLC.

Kustadi Suhandang. 2004. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi; Produk, & Kode Etik. Bandung: Penerbit Nuansa.

Muhamad. 2009. “Teknik Membuat Resensi”. http://muhamadnahwan.multiply.com. (diakses 19 Februari 2009).

Tutut. 2008. “Cara Meresensi Buku Pengetahuan dan Implementasinya”. Koran Motivasi Edisi 01/September 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar