Jumat, 07 Mei 2010

ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI DENGAN PENDEKATAN STRUKTURALISME

Strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsure pembangunnya. Strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan. (Burhan, 1995:36)
Analisis structural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengna mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsic fiksi yang bersangkutan. (Burhan, 1995:37)
Unsur Intrinsik adalah unsur yang mendukung dari dalam tubuh cerita tersebut. Bagian-bagian unsur interinsik antara lain:
1. Tema :
Dalam novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata mengangkat Tema tentang Pendidikan. Ini lebih ditekankan pada perjuangan seorang guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan. Ini terlihat pada seorang tokoh yang bernama bu Muslimah dan Pak Harfan sebagai sosok yang inspiratif dalam ranah pendidikan.
2. Amanat :
Pesan atau amanat yang ingin disampaikan Andrea dalam novel Laskar Pelangi ini adalah kemiskinan bukanlah alasan untuk berhenti menimba ilmu dan bukan tak mungkin sebuah sekolah kecil dengan segala keterbatasannya ternyata mampu melahirkan kreativitas-kreativitas yang melampaui sekolah-sekolah favorit yang telah mapan baik dari segi sarana prasarana maupun kurikulumnya. Selain itu kehadiran Novel Laskar Pelangi ini mengajarkan manusia untuk sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakkal, serta bertakwa dalam menjalani hidup.
Seperti yang dituturkan oleh pak Harfan bahwa kita harus memberi sebanyak-banyaknya bukan meminta sebanyak-banyaknya.
3. Alur atau plot :
Rangkaian peristiwa dalam Laskar Pelangi mengandung Plot lembut-meledak. Yaitu dalam akhir cerita kisahnya tidak begitu mengejutkan, namun tetap disampaikan dengan mengesankan sehingga seperti terus terngiang-ngiang di telinga. Akan tetapi, kisahnya juga cukup mengejutkan di setiap akhir bab.
Dilihat dari sifatnya novel ini mempunyai sifat terbuka. Dimana akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita atau membaca seri berikutnya, yaitu Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
4. Penokohan :
Novel laskar Pelangi bercerita tentang kehidupan 10 orang anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) Muhammadiyah di pulau Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah:
a. Ikal : tokoh aku
b. Lintang (Lintang Samudra Basara Bin Syahbani Maulana Basara) : sang jenius.
c. Sahara (N.A. Sahara aulia fadilla binti k.a. Muslimramdani fadilla) : satu-satunya mirid perempuan dan berwatak tempramental
d. Mahar (Mahar Ahlan Bin Jumadi Ahlan Bin Zubair Bin Awam) : berbakat paling besar di bidang seni dan punya ketertarikan yang begitu besar dengan dunia mistik.
e. A kiong (Muhammad Jundullah Guffron Nur Zaman): keturunan tionghoa
f. Syahdan (Syahdan Noor Aziz Bin Noor Syahari Aziz) : penurut dan selalu dikalahkan oleh teman-temanya.
g. Kucai (Mukharam Kucai Khairani) : ketua kelas yang bermulut besar.
h. Borek aka samson: terobsesi citra maco seorang laki-laki.
i. Trapani (Trapani Ihsan Jamari Bin Zainuddin Ilham Zamari) : laki-laki paling tampan dan mempunyai ketergantungan yang begitu besar kepada ibunya.
j. Harun (Harun Ardhi Ramadhan Bin Syamsul Hazana Ramadhan) : berumur 15 tahun saat masuk kelas 1 SD dan punya keterbelakangan mental dan
k. Bu Mus dan Pak Harfan adalah seorang guru yang pandai, karismatik,dan memiliki pandangan jauh kedepan.
5. Latar atau setting
Setting Tempat
- Sekolah Muhammadiyah
Sekolah Muhammadiyah tak pernah dikunjungi oleh pejabat, penjual kaligrafi, pengawas sekolah, apalagi anggota dewan.
- Di dalam kelas
Di dalam kelas kami tidak terdapat tempelan poster operasi kali-kalian seperti umumnya terdapat di kelas-kelas sekolah dasar.
- Sekolah PN
Sekolah-sekolah PN Timah, yaitu TK, SD, dan SMP PN berada dalam kawasan Gedong.
- Di dalam kelas sekolah PN
Ruang kelas dicat warna –warni dengan tempelan gambar kartun yang edukatif, poster operasi dasar matematika, table pemetaan unsure kimia, peta dunia, jam dinding, thermometer, foto para ilmuwan dan masih banyak lagi.
- Diatas dahan Fillicium
Makhluk brutal ini memanjati dahan-dahan fillicium, bersorak-sorai, bergelantungan mengklaim dahannya masing-masing.
- Pasar
Pasar ini sengaja ditempatkan di tepi sungai dengan maksud limbahnya, termasuk limbah pasar ikan, dapat dengan mudah dilungsurkan ke sungai.
- Di depan podium
Sebagai puncak atraksi di depan podium mereka membawakan Concerto for Trumpet and Orchestra yang biasa dilantunkan Wynton Marsalis.
- Pulau Lanun
Kunjungan ke Pulau Lanun untuk menjumpai Tuk merupakan ekspedisi paling penting dan puncak seluruh aktivitas paranormal Societeit.

Suasana
- Risau
Maka tidak seperti suasana di SD lain yang penuh dengan kegembiraan ketika menerima murid baru, suasana di SD Muhammadiyah penuh dengan kerisauan, dan yang paling risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan.
- Sangat mencekam
“Gua itu seperti tak berujung…,” Mahar bercerita dengan penuh penghayatan sehingga kami merasa seperti berada dalam gua yang sangat mencekam itu
- Menegangkan
Menegangkan sekali. Kami semakin merapat, Sahara menggigit jarinya, A Kiong berkali-kali menarik napas panjang, Samson tak berkedip, Lintang menyimak penuh perhatian, Trapani memeluk Harun.
- Kegembiraan
Kami adalah sekolah kampong pertama yang menjuarai perlombaan ini, dan dengan sebuah kemenangan mutlak. Air yang menggenang seperti kaca di mata Bu Mus dan laki-laki cemara angin itu kini menjadi butir-butiran yang berlinang, air mata kemenangan yang mengobati harapan, pengorbanan, dan jerih payah.


- Tegang
Suasana kelas menjadi tegang. Kami harap Mahar segera minta maaf dan menyatakan pertobatan tapi sungguh sial, ia malah menjawab dengan nada bantahan.

Waktu.
- Sore hari
Sore ini, setelah hujan lebat sepanjang hari, terbentang pelangi sempurna, setengah lingkaran penuh, terang benderang dengan enam lapis warna.
- Pagi hari
Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas.

6. Sudut Pandang Pengarang:
Andrea Hirata memilih cara bertutur orang pertama melalui tokoh Ikal, yang memang representasi dari dirinya sendiri. Tapi dia menceritakanya dengan gaya bertutur dan berpikir seperti orang dewasa, padahal Ikal masih SD.
”Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjangf di depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua yang rindang meneduhiku. Ayahku duduk di sampingku, memeluk pundakku dengan kedua lengannya dan tersenyum mengangguk-angguk pada setia ....................................................................................
Aku mengenal para orang tua dan anak-anaknya yang duduk di depanku. Kecuali seorang anak lelaki kecil kotor yang berambut keriting merah yang meronta-ronta.....”



MENELAAH FILM LASKAR PELANGI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian dan Apresiasi Prosa Fiksi
Dosen Pengampu : Dr. Nugraheni EW, M. Hum.















Oleh:
Nur Salamah Wijayanti
K1207026


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009

Dewasa ini telah banyak beredar film yang semakin berkualitas. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya film bermutu yang bermunculan. Salah satunya adalah film Laskar Pelangi yang disutradarai oleh Riri Reza. Film ini diangkat dari novel Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Laskar Pelangi mengisahkan tentang sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa dan tak menyerah walau keadaan tak bersimpati pada mereka. Ceritanya tentang perjuangan dua orang guru Bu Muslimah dan Pak Harfan yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan. Film ini menunjukkan pada kita bahwa pendidikan adalah memberikan hati kita kepada anak-anak, bukan sekedar memberikan instruksi atau komando, bahwa setiap anak memiliki potensi unggul yang akan tumbuh menjadi prestasi cemerlang pada masa depan, apabila diberi kesempatan dan keteladanan oleh orang-orang yang mengerti akan makna pendidikan yang sesungguhnya.
Menilik dari sisi pendidikan yang terkandung dalam kisah tersebut. Di sini disebutkan ada nilai pendidikan moral dan sosial. Dikisahkan bahwa sebelas anak melayu itu sering mengeluh karena sekolah mereka yang bocor dan sangat menyusahkan saat musim hujan, tapi sesosok Bu Muslimah tidak menanggapi keluhan itu melainkan mengeluarkan sebuah gambar ruangan yang sempit, dindingnya yang tebal, tinggi, gelap, dan berjeruji. Lalu beliau mengatakan “Inilah sel Pak Karno, di sini beliau menjalani hukuman dan setiap hari belajar, setiap waktu membaca buku. Beliau adalah salah satu orang yang tercerdas yang pernah dimiliki bangsa ini”. Juga Pak Harfan yang menceritakan kisah perang Badar, di mana kekuatan dibentuk oleh iman bukan oleh jumlah tentara. 313 tentara Islam mengalahkan ribuan tentara Quraisy yang kalap dan bersenjata lengkap. Bu Muslimah juga menanamkan nilai budi pekerti yang membangun spiritual dalam pendidikan, yaitu ajaran untuk menjalankan sholat tepat waktu.
Citra dari Bu Muslimah dan Pak Harfan sebagai sosok inspiratif para mahasiswa dan patut untuk diteladani. Beliau membuka mata hati kami bahwa profesi guru adalah profesi yang mulia, disamping bisa menyalurkan ilmu juga dapat menanamkan berbagai nilai moral, sosial, dan agama dengan rasa cinta dan kasih sayang seperti orang tua kepada anaknya.
Ada yang menarik, hadirnya sosok Mahar dalam film ini, setidaknya memberikan sudut pandang lain tentang paradigma kecerdasan. Bahwa bukan hanya Lintang yang cerdas, Mahar yang suka musik pun juga dapat dikatakan cerdas. Yang biasa kita sebut multiple Intelegentia. Orang cerdas bukan hanya mereka yang pandai matematika dan fisika, mereka yang peka terhadap musik disebut kecerdasan musik.
Apabila dari aspek sastra yang ditonjolkan dalam film Laskar Pelangi. Sesungguhnya sangat mengecewakan jika anda membaca novelnya terlebih dahulu baru kemudian menonton filmnya. Karena dalam film tersebut belum bisa menginterpretasikan sepenuhnya kisah yang terdapat dalam novel. Sesungguhnya daya imajinasi manusia itu berbeda-beda dan liar tak terbatas, tetapi sang sutradara membatasi daya imajinasi pembaca dengan menyuguhkan tokoh-tokoh dan ceritera yang sebenarnya kurang sesuai dengan yang dibayangkan pembaca. Mungkin karena dibatasi oleh durasi waktu, tidak semua karakter ditampilkan detail. Film ini lebih memfokuskan pada beberapa karakter saja. Seperti, Ikal selaku tokoh utama, Lintang yang jenius, Mahar yang artistik, Ibu Muslimah (Cut Mini) yang begitu komitmen terhadap pendidikan, serta Pak Harfan yang begitu setia pada sekolah mereka. Sementara Kucai yang jago lobi tidak begitu disorot, begitupun dengan beberapa anak lainnya yang diceritakan cukup detail dalam novel. Visualisasi dalam film cukup menguatkan beberapa karakter.
Ibu Muslimah misalnya, narasi Andrea Hirata coba diperkuat lagi oleh sutradara dengan menampilkan sisi lain dari kehidupan Ibu Muslimah sebagai penjahit sekaligus perawan kampung yang lebih peduli pada muridnya daripada lirikan Pak Mahmmud. Demikian halnya dengan Pak Harfan, penjaga moral yang tak pernah surut semangatnya mengurus sekolah yang hanya bermuridkan sepuluh orang, meski tanpa keuntungan sepeserpun ia selalu berkata “hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.
Ikal, meski masih tebilang kanak-kanak, cinta monyetnya dengan A Ling memperkaya cerita film agar tidak terkesan kaku. A Ling adalah obsesi Ikal.
Dalam film ini terdapat adegan percintaan Ikal dan A lin. Sesungguhnya adegan ini digunakan sebagai bumbu penyedap ceritera, tetapi sutradara mengangkatnya menjadi adegan utama yang kurang baik untuk ditiru oleh anak-anak.
Dari ketiga sisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa serumit apapun permasalahan pendidikan yang diantaranya adalah bangunan sekolah tidak layak, sering bergantinya kurikulum, persediaan media belajar yang kurang memadai, serta kualitas lulusan pengajar. Itu semua tidak menjadi persoalan yang rumit dalam novel dan film Laskar Pelangi. Dan kami semua sungguh terinspirasi dengan sosok Bu Muslimah dan Pak Harfan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya, sebagai mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual. Sosok pendidik yang tanpa pamrih, pangeran keikhlasan, dan sumur jernih ilmu pengetahuan di ladang yang ditinggalkan. Juga memberi napas kehidupan bagi sebelas muridnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar