Jumat, 07 Mei 2010

PEGARUH MEDIA AUDIO VISUAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 SLAWI KABUP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan merupakan salah satu hasil oleh pikir manusia yang mempunyai manfaat bagi perkembangan suatuu bangsa. Bangsa yang baik adlaah bangsa yang menjaga kelestarian budayanya karena di dalam kebudayaan terdapat nilai-nilai yang mampu memberikan kesejahtreraan dan menjadikan suatu bangsa mendapat predikat bangsa yang berperadaban. Bangsa Inca di Peru terkenal sebgaai salah satu bangsa berperadaban karena memiliki tradisi yang terjaga dengan baik sejak zaman purba, begitu pula dengan bangsa Mesir dan Cina yang terkenal sejak dulu karena mereka memiliki kebudayaan yang terjaga.
Sebgaai bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa Indonesia mewarisi banyak kebudayaan lokal yangmenjadi akar kebudayaan nasional. Jika bangsa Indonesia senantiasa menjaga warisan budaya maka bangsa ini akan dikenal sebgaai bangsa yang mumpuni di dunia seperti halnya bangsa Mesir dan Cina. Di dalam budaya terdapat substansi etika, moral, nilai pendidikan sehingga hal itu secara tidak langsung akan mendidik bangsa Indonesia manjadi bangsa yang beradab.
Bangsa yang beradab tidak tercipta secara instan, akan tetapi tercipta melalui proses yang panjang. Proses ini dimulai pada tatanan pendidikan terkecil, yaitu keluarga. Kemudian berkembvangan pada lingkungan yang lebih luas di masyarakat. Salah satunya dapat diciptakan melalui lingkungan pendidikan formal yaitu sekolah. Kondisi ini memunculkan asumsi bahwa sekolah merupakan institusi satu-satunya pencetak kader bangsa.
Di era globalisasi ini, budaya merupakan salah satu warisan yang harus dlindungi sekaligus bnenteng terhadap masuknya budaya dari luar yang berpengaruh negatif. Budaya yang sesuai dengan norma dan nilai budaya asli dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sedangkan budaya yang memberikan dampak negatif harus ditinggalkan. Bangsa Indonesia boleh mengadposi budaya dari luar selama budaya itu mampu memperkaya budaya Indonesia serta memberikan manfaat, misalnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.
Sastra sebagai salah satu warisan budaya dapat digunakan secara efektif untuk mendidik dan membentengi bangsa dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Sastra dapat merekam nilai-niai yang dianggap penting oleh suatu bangsa, seperti nilai moral, etka, sikap, keagaman, kemasyarakatan, keindahan, kebahasaan, dan sebagainya. Inilai yang membuat sastra memiliki peranan penting dalam pengajaran.
Pembelajaran cerita rakyat di sekolah dapat melestarikan cerita rakyat yang semakin lama semakin ditinggalkan masyarakat. Masuknya cerita dari luar negeri menyebabkan cerita rakyat kurang mendapat tempat di hati orang Indonesia. Melighat kenyataan bahwa kebudayaan yang ada di Indonesia sangatlah banyak ragamnya, maka seharusnya masyarakat memandang bahwa cerita rakyat bukan hanya sebagai cerita pengantar tidur, melainkan sebagai cerita yang sarat makna dan nilai-nilai pekerti yang luhur. Pengenalan cerita rakyat dari seluruhpenjuru nusantara akan menjadikan siswa memiliki pemahaman yang sama terhadap kebudayaan multikultural yang dimiliki bangsa Indonesia.dengan dimikian kebanggaan dan rasa cinta tanah air terhadap bangsa akan semakin kuat. Mengangkat cerita rakyat sebgaai materi pengajaran berarti juga mengangkat dan memajukan kebudayaan nasional. Jadi, pada akhirnya pengetahuan siswa akan budaya Indonesia manjadi luas dan menjaga cerita rakyat dan budaya daerah dari kepunahan.
Melalui pembelajaran cerita rakyat diharapkan siswa mampu mengambil nilai moral, nilai etika, nilai religius yang menambah wawasan daninformasi tentang kepercayaan, pandangan hidup, adat istiadat, dan peradaban bangsa serta nilai-nilai positif lainnya. Oleh karena itu, Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional mencantumkan materi cerita rakyat sebagai salah satu materi sastra untuk diajarkan di SD kelas V.
Demikian halnya dengan siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi. Pada mata pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia, mereka mendapatkan materi tantang cerita rakyat. Seperti pada uraian sebelumnya peserta didik diharapkan dapat mengambil nila-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih dahulu mengidentifikasi unsur cerita rakyat. Secara singkat, pembelajaran cerita rakyat melatih mereka memiliki kemampuan berbahasa yang memadai.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada proses meupun hasil pembelajaran cerita rakyat. Dilihat pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang menunjukkan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Dari kegiatan pembelajaran cerita rakyat sebelumnya, saat proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat pasif. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Sehingga hasil dari pembelajaran tersebut kurang maksimal.
Pada dasarnya kemampuan untuk memahami sesuatu yang dimiliki oleh masing-masing siswa tdak ada yang sama, hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing siswa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan pemahaman tersebut. Di antara faktor tersebut secara garis besar dapat terbagi menjadi dua faktor utama, yaitu faktor internal yang ada pada diri siswa meliputi kemampuan awal, intelegensi, motivasi, dan bakat serta faktor eksternal yang meliputi lingkungan sekolah, sosial, dan keluarga. Selain itu Gino (1999: 25-26) juga menambahkan bahwa ada unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar, salah satunya berupa alat belajar di antaranya alat peraga audio-visual. Dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan siswa untuk memahami unsur intrinsik adalah motivasi dan alat peraga audi-visual.
Dipilihnya media audio visual karena dalam pembelajaran cerita rakyat dibutuhkan sesuatu untuk memotivasi siswa, daripada siswa hanya sekedar menyimak guru yang bercerita rakyat cenderung monoton. Diharapkan dengan diterapkannya media pembelajaran audi visual dapat mengurangi kebosanan, serta dapat menarik minat siswa sehingga mampu membangun motivasi untuk berpartisi aktif dalam pembelajaran.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul, antara lain:
1. Cerita rakyat merupakan salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan;
2. Agar siswa dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih dahulu mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat;
3. Motivasi belajar memberikan pengaruh terhadap partisipasi aktif dan kemampuan siswa memahami unsur intrinsik;
4. Media audio visual mampu membangun motivasi siswa.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka penulis membatasi masalah ini sebagai berikut:
1. Subjek Penelitian
Subjeknya adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2009/2010.
2. Objek Penelitian
a. Penggunaan media audio visual untuk membangun motivasi siswa;
b. Masalah motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya materi unsur intrinsik cerita rakyat;
c. Kemampuan siswa memahami unsur intrinsik cerita rakyat, dalam hal Ini agar siswa dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih dahulu mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman unsur intrinsik antara kelompok yang diberi media audio visual dan kelompok yang tidak diberi media?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman unsur intrinsik antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan yang memiliki motivasi belajar rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Terdapat tidaknya perbedaan kemampuan memahami unsur intrinsik antara kelompok siswa yang diberi media audio visual dan yang tidak diberi media;
2. Terdapat tidaknya perbedaan kemampuan memahami unsur intrinsik antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan yang memiliki motivasi belajar rendah;
3. Terdapat tidaknya interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian dapat dimanfaatkan:
a. sebagai fakta pembelajaran cerita rakyat menggunakan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami unsur intrinsik cerita rakyat;
b. referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan denga hal pembelajaran cerita rakyat.

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
a. bagi guru
1) memberikan masukan positif dalam pembelajaran cerita rakyat di sekolah dasar;
2) memberikan solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran cerita rakyat.
b. bagi siswa
1) membantu mengatasi kesulitan pembelajaran cerita rakyat dengan memanfaatkan media audio visual;
2) menambah motivasi belajar serta pemahaman siswa dalam pembelajaran.
c. bagi sekolah
1) dapat digunakan sebagai alternative model pembelajaran cerita rakyat.
2) memberikan pengalaman bagi sekolah berkaitan dengan kegiatan penelitian.
d. bagi peneliti
1) melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran cerita rakyat dengan media audio visual yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi sekolah;
2) sebagai penelitian sejenis di masa yang akan datang.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Unsur Intrinsik dalam Cerita Rakyat
a. Hakikat cerita rakyat
cerita rakyat merupakan salah satu dari adat istiadat suatu daerah yang berupa kisah atau dongeng dan penyebarannya secara lisan. Demikian pula yang diungkapkan James Danandjaja (1991:5) bahwa folklore atau cerita rakyat merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya pada umumnya melalui tutur kata atau lisan (oral tradition). Kemudian ada juga yang menyatakan cerita rakyat adalah cerita yang disampaikan secraa lisan di dalam suatu masyarakat, bisa berbentuk cerita, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat.
b. Bentuk-bentuk cerita rakyat
Cerita rakyat atau floklor memiliki tiga bentuk yang berbeda. Brunvand (dalam James Danandjaja, 1991: 21) menggolongkan floklor ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu: (a) floklor bukan lisan (non verbal folklore), (b) floklor sebagian lisan (partly verbal folklore), dan (c) floklor lisan (verbal folklore).
Floklor bukan lisan biasanya berupa hasil kebudayan, seperti: material (benda atau kerajinan daerah) dan bukan material (kesenian rakyat). Floklor sebagian lisan adalah campuran antara unsure lisan dan bukan lisan. Floklor ini biasanya menyangkut adat istiadat dan sejenisnya. Sedangkan folklore lisan ialah cerita yang disampaikan turun temurun secara tradisional dari mulut k mulut. Floklor ini dappat berwujud nyanyian, puisi maupun prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng.

c. Fungsi cerita rakyat
Cerita rakyat memiliki fungsi yang beragam dalam kehidupan masyarakat, fungsi tersebut berbeda-beda sesuai dengan sifatnya. (Bascom dalam James Danandjaja,1991:9).
Fungsi utama cerita rakyat adalah memberi nasihat. Oleh karena itu, diharapkan juga bahwa cerita asli Indonesia lebih dikenal, lebih dipahami, dan lebih dihayati serta dapat diambil menfaatnya yang diantaranya siswa harus mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam cerita rakyat.
d. Hakikat unsur intrinsik
Sebuah kisah atau cerita rakyat itu mengandung unsur-unsur yang membangun. Unsur pembangun tersebut dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yangmembangun karya itu sendiri. Secara umum Burhan (1995: 23) menyebutkan hal-hal yang terdapat dalam unsur intrinsik adalah tema, amanat, plot atau alur cerita, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan latar atau setting. Sedangkan menurut TIM Primagama (2007: 96) yang dimaksud unsur ekstrinsik adalah unsur yang mendukung dari luar karya itu sendiri. Yang termasuk unsur esktrinsik di antaranya ialah mengenai riwayat pribadi pengarang dan kehidupan masyarakat tempat karya sastra itu diciptakan.

2. Hakikat Media Pembelajaran
a. Pengertian media
Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Arief Sadiman, 1993:6-7).


b. Fungsi media
Secara umum Arief Sadiman (1993:16-17) mengungkapkan media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalisitis; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera; (3) dapat mengatasi sikap pasif anak didik serta menumbuhkan motivasi siswa.
Schramm (dalam Gene L, 1984: 16) kemudian menyimpulkan bahwa siswa yang telah bermotivasi dapat belajar dari media apa saja jika media itu dipakai menurut kemampuannya dan disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Media audio-visiual
Menurut Gino (1999: 25-26) media pembelajaran dapat dibedakan berdasarkan indera yang dirangsang, yaitu: alat peraga visual, alat peraga auditif, dan alat peraga audio-visual.
Basuki (2001: 67) juga menyebutkan bahwa dengan karakteristik yang lebih lengkap dibanding media lain, media audio visual memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi kekurangan dari media audio atau media visual semata. Karena media ini dapat menampilkan gambar bergerak sekaligus dilengkapi dengan suara agar pasan atau informasi yang disampaikan mudah ditangkap siswa dan menambah pemahaman siswa dalam menyimak cerita rakyat.

3. Motivasi Belajar
a. Pengertian motivasi
Menurut Henry (1986:103) motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Karena menurut Gino (1999:23) motivasi adalah bentuk proses penggiatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan. Tanpa adanya motivasi, seorang manusia enggan melakukan apapun termasuk mencapai tujuan hidupnya.


b. Motivasi belajar
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat dicapai. (Sardiman dalam Gino, 1999: 37).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang siswa yang memiliki motivasi yang kuat maka akan memiliki energi positif untuk melakukan kegiatan belajar.
c. Fungsi motivasi
Sudah diketahui bahwa motivasi sebagai daya penggerak di dalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Senada dengan yang dipaparkan Oemar Hamalik (2003: 156) bahwa fungsi motivasi adalah untuk mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran cerita rakyat yang selama ini dilakukan oleh guru masih secara konvensiaonal dan berpusat pada guru. Guru tampil berbicara di depan kelas untuk bercerita, kemudian siswa diminta menanggapi tentang kisah dan nilai yang ada dalam cerita rakyat tersebut.
Metode di atas ternyata masih kurang optimal untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam memahami unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita rakyat. Akibatnya siswa tidak mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran cerita rakyat dengan maksimal.
Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi pembelajaran cerita rakyat yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Pemanfaatn media audio-visual dalam pembelajaran cerita rakyat yang hendak diterapkan diharapkan mampu memberikan stimulus agar kemampuan siswa memahami unsur intrinsik dapat mencapai standar minimal yang ditetapkan SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal.
Jika motivasi belajar tinggi didukung dengan penggunaan media audio visual diduga kemampuan siswa memahami unsur intrinsik dalam pembelajaran cerita rakyat akan mencapai hasil yang memuaskan. Demikian juga sebaliknya, jika pembelajaran tanpa menggunakan media audio visual diduga motivasi siswa akanrendah dan hasil yang dicapai kurang memuaskan.
Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dibuat paradigma berpikir sebagai berikut:






Keterangan:
1. Pengaruh media audio visual terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat;
2. Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat;
3. Pengaruh interaksi media audio visual dan motivasi belajar terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat.

C. Hipotesis
1. Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa yang diberikan media audio visual lebih baik daripada yang tidak diberi media;
2. Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik daripada yang memiliki motivasi belajar rendah;
3. Terdapat interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Berikut tabel rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian.
Tebel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar April Mei Juni
1. Persiapan survei awal sampai penyusunan proposal --xx Xx
2. Seleksi informan, persiapan instrumen, dan alat --xx
3. Pengumpulan data Xx X
4. Analis data -xxx x-
5. Penyusunan laporan -xxx xx--

B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen kuantitatif.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian factorial (2 X 2). Dengan variabel bebas media audio visual dan motivasi belajar.



Media (A)
Audio visual (1) Tanpa media (2)
Motivasi belajar Tinggi
(1) A1 B1 A2 B1
Rendah
(2) A1 B2 A2 B2
Tabel 2. Rincian Desain Faktorial

C. Populasi Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2009/2010 yang terbagi menjadi 3 kelas, dengan jumlah siswa tiap kelas ada 30 anak, jadi semuanya ada 30 x 3 = 90 anak.
2. Sample
Pada penelitian ini, populasi terbagi dalam 3 kelas. Kemudian 3 kelas tersebut diambil 2 kelas secara acak dengan jumlah siswa sebanyak 60 siswa.
3. Teknik Sampling
Penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Ialah dengan cara pengambilan sampel secara acak dengan kelompok sebagai sasarannya.

D. Teknik Pengumpulan Data
a. Identifikasi Variabel
1) variable bebas terdiri dari: media audio visual (X1) dan motivasi belajar (X2).
2) Variable terikatnya adalah kemampuan pemahaman unsur intrinsik (Y).
b. Penyusunan instrument
1) Media audio visual.
Untuk memperoleh data pengaruh media audio visual diperoleh dengan menggunakan pretest-posttest nonequivalent control group design yang dilakukan dua kali tes, yakni memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, serta posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran yang menggunakan media audio visual.
2) Motivasi belajar.
Motivasi belajar siswa diperoleh dengan angket berupa tes objektif dan diisi oleh responden, yaitu siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2009/2010.
3) Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat.
Data tentang kemampuan pemahaman unsur intrinsik diperoleh dari tugas akhir semester yaitu membuat unsur intrinsik sebuah cerita rakyat setelah menggunakan media audio visual, misalnya menonton film cerita rakyat dari salah satu daerah di Indonesia.

E. Uji Validitas Data
Instrument penelitian yang digunakan adalah angket tertutup. Uji untuk instrument sebagai berikut:
1. Uji Validitas Data
Suatu angket atau instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Alat ukur valid adalah alat ukur yang dapat mengukur secara tepat dan seksama apa yang ingin diukur, sehingga diperoleh informasi yang benar.
2. Uji Reliabilitas
Instrument penelitian harus reliable. Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrument dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Penelitian ini menggunakan metode tes ulang, yaitu dengan cara memberikan tes yang dama kepada sample yang sama dengan selang waktu yang berbeda. Dengan cara ini maka akan diperoleh hasil pengukuran dua kelompok nilai, yang slanjutnya dicari korelasinya.
Apabila korelasinya meyakinkan maka tes tersebut berarti memiliki tingkat reliabel yang memadai.
Adapun rumus statistik yang digunakan adalah sbb:

Rumus “Product Moment”


F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik anava dua jalur dengan variable bebas berupa media audio visual dan motivasi siswa kelas SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal.


DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Sadiman. 1993. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV Maulana.

Burhan Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Gene L. Wilkinson. 1984. Media dalam Pembelajaran: Penelitian Selama 60 Tahun. Jakarta: CV Rajawali.

Gino, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran I: S1/Semester III/ 2 SKS. Surakarta: UNS Press.

Henry Guntur Tarigan. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

James Danandjaja. 1997. Floklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Oemar Hamalik. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tadzkiroatun Musfiroh. 2008. Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana.

TIM PRIMAGAMA. 2007. Panduan Belajar Kelas 12 SMA IPA/ IPS: Bahasa Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Penerbit Primagama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar