Jumat, 07 Mei 2010

KAJIAN FONOLOGI

BAB I
PENGANTAR

Bahasa merupakan sistem bunyi. Bunyi bahasa itu arbitrer, karena tak ada hubungan wajib antara unsur-unsur bahasa dengan acuanyang dilambangkannya. Ilmu tentang bunyi pada umumnya disebut fonologi. Fonologi mencakup bunyi bahasa. Baik yang bersangkutan pembentukan bunyi, bunyi sebagai getaran udara, dan bunyi yang terdengar (ketiganya dikaji oleh fonetik) maupun yang bersangkutan dengan fungsi bunyi dalam komunikasi.
Perkembangan pemerolehan bahasa merupakan suatu pengkajian, bagaimana seseorang manusia itu memperolehi bahasa, tidak kiralah pengetahuan bahasa tentang tatabahasa atau semantik, sintaksis, morfologi dan juga fonologi. Kebanyakan orang tertarik untuk memperhatikan bunyi bahasa seseorang terutamanya di dalam kajian bahasa. Dengan itu, fonologi adalah merupakan salah satu bidang linguistik yang menumpukan unsur bunyi, bentuk-bentuk rumus atau peraturan bunyi dan penerapan rumus, susunan penerapan rumus-rumus bunyi.
Di antara tataran kebahasaan yang paling mendasar adalah tataran fonem. Tataran ini berada pada tataran bunyi terkecil dari sebuah bahasa, yang juga memiliki sistemnya sendiri. Di dalam ilmu linguistik, cabang ilmu yang mempelajari sistem fonem dalam sebuah bahasa disebut Fonologi.
Fonologi adalah ilmu bunyi, yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat artikulasi manusia. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat artikulasi atau alat ucap itu disebut fon (phone). Sementara itu, fonem adalah satuan bunyi terkecil dari sebuah bahasa yang mampu menunjukkan kontras makna. Apabila kontras makna tidak terjadi, maka sebuah bunyi bahasa tidak dapat disebut sebagai sebuah fonem yang berbeda. Kontras makna ini adalah syarat bagi keabsahan sebuah fon atau bunyi bahasa untuk disebut sebagai fonem.
Satu unit ujaran yang bermakna (bisa morfem dan bisa pula kata) terdiri dari beberapa satuan bunyi. Misalnya kata pagi. Kata ini terdiri daripada empat unit bunyi atau fonem yaitu /p/, /a/, /g/ dan /i/. Terjadinya sebuah fonem bisa ditunjukkan dengan melakukan perbandingan fitur. Anggapan bahwa bunyi p dan b masing-masing merupakan fonem yang berbeda dapat diterima setelah membandingkan kedua bunyi tersebut pada kata pagi dan bagi. Kata pagi menunjukkan waktu, dan kata bagi menunjukkan kata kerja. Kedua-duanya secara makna berbeda. Dari perbedaan itu disimpulkan bahwa anggapan p dan b berbeda adalah benar.
Fonologi diterangkan dengan terlebih dahulu membicarakan fonem. Fonem vokal, konsonan, diftong dan beberapa alofon merupakan hal-hal yang dibicarakan. Penjelasan kemudian diakhiri dengan menerangkan pola suku kata.

BAB II
IDENTIFIKASI REFERENSI

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Fonologi
2. http://www.tutor.com.my/stpm/fonologi/Fonologi.htm
3. http://culture.melayuonline.com/?a=b1J3ei9zVEkvUXZ5bEpwRnNx=
4. http://www.karyanet.com.my/knet/ebook/preview/p_Fonologi_Generatif_Teori_dan_Penerapan.pdf
5. http://belajarberbahasa.wordpress.com/2007/07/05/fonologi/
6. http://bahasa.web.id/category/fonologi/
7. http://202.65.229.100/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain-jiptiain-jou-2004-muhammadth-279&q=Hakikat
8. Lass, Roger. 1984. Phonology. Australia: Cambridge University Press.
9. B. R. Surya Baskoro. 2000. Fonologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
10. Akhlah Husen, dkk. 1996. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pndidikan dan Kebudayaan.
11. Marsono. 1986. Fonetik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
12. Andrea Martinet. 1987. Ilmu Bahasa: Pengantar. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI)
13. Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.
14. Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.
15. Chaedar Alwasilah. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT. Angkasa.
16. Abud Prawira Sumantri. 1986. Buku Materi Pokok Kebahasaan. Jakarta: Karunika Jakarta Universitas Terbuka
17. Abdul Chaer. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
18. Anton M. Moeliono. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
19. E. Yonohudiyono. 1994. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Dasar Umum. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Surabaya.
20. Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa. Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
21. Marsoedi. H. 1983. Pengantar Memahami Hakekat Bahasa. Malang: FKKS-IKIP Malang.
22. Marsono. 1986. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
23. Rustiati. 2000. Fonologi Bahasa Indonesia. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia JPBS. FKIP Universitas Widya Mandala Madiun.
24. Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
25. Ahmad, Zaharani. 2006. Kepelbagaian Dialek dalam Bahasa Melayu: Analisis Tatatingkat Kekangan. Bangi: Jurnal e-Bangi Jilid 1 Bilangan 1 (Juli-Desember 2006)
26. Anonim. 2007. Bunyi Bahasa Melayu. http://www.tutor.com.my/stpm/fonologi/Fonologi.htm, diakses pada 12-12-2007.
27. Anonim. 2007. Pembaharuan Pola Suku Kata. http://www.karyanet.com.my/bahasa/bahasa_melayu/mek5.php, diakses pada 12-12-2007.
28. Anonim. 2007. Sistem Fonologi. Diperoleh dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu, diakses pada 12-12-2007.
29. Lubis, A. Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa.
30. Simanjuntak, Mangantar. 1990. Teori Fitur Distingtif dalam Fonologi Generatif Perkembangan dan Penerapannya. Jakarta: Gaya Media Pratama
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Definisi Fonologi dan Fonetik
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya. Fonologi berbeda dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.
Fonetik dan fonologi memempelajari bunyi bahasa (manusia). Perbedaannya bahwa fonetik meneliti bunyi bahasa menurut pelafalannya serta menurut sifat-sifat akustiknya, sedangkan fonologi mengkaji bunyi bahasa tertentu (bahasa Indonesia (BI), bahasa Inggris (BIng), bahasa Prancis (BP), bahasa Jerman (BJm), atau bahasa Jawa (BJw)) menurut fungsinya. Dalam hal ini peristiwa (fonetis-fonologis) pada bahasa yang satu mungkin saja tidak terjadi pada bahasa yang lain (tiap bahasa berbeda peristiwanya). Meskipun demikian, hasil kajian langue itu dipergunakan oleh fonologi untuk mendiskripsikan langage (bahasa manusia pada umumnya). Perbedaan antara bunyi [ ph] (yang beraspirasi) dan [p] (yang tak beraspirasi) dalam BIng untuk kata pot dan spot, pada satu sisi bersifat fonetis, bukan fonologis, dan pada sisi lain tidak terjadi pada, misalnya, BI.
Fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa/ucapan manusia tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Fonetik atau fonetika adalah bagian ilmu dalam linguistik yang mempelajari bunyi yang diproduksi oleh manusia. Di sisi lain fonologi adalah ilmu yang berdasarkan fonetik dan mempelajari sistem fonetika.
Fonetik terbagi menjadi 3 jenis :
1. Fonetik Artikulatoris, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Bahan fonetik adalah kata tunggal, sementara objek sasarannya disebut fona. Setiap bunyi yang berbeda diperlakukan sebagai fona yang berbeda pula.
Contoh: tari [tari] x tarik [tarI?]
susu [susu] x usus [usUs]
top [thop] x stop [stop]
pot [phot] x spot [spot]
2. Fonetik Akustik, mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi ini diselidiki frekuensi getaran, amplitudo, dan intensitasnya.
3. Fonetik Auditoris, mempelajari mekanisme penerimaan bunyi bahasa oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik diatas, yang berhubungan dengan linguistik adalah fonetik artikulatoris, karena berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan dan diucapkan manusia.
Sedangkan fonetik akustik berhubungan dengan ilmu fisika, karena berhubungan dengan gelombang bunyi yang merambat di udara, dan terakhir, fonetik auditoris berhubungan dengan ilmu kedokteran karena berhubungan dengan anatomi telinga sebagai penerima bunyi.
International Phonetic Association (IPA) telah mengamati lebih dari 100 bunyi manusia yang berbeda dan mentranskripsikannya dengan International Phonetic Alphabet mereka.
Ilmu fonetika pertama kali dipelajari sekitar abad ke-5 SM di India Kuna oleh Pāṇini, sang resi yang mempelajari bahasa Sansekerta. Semua aksara yang berdasarkan aksara India sampai sekarang masih menggunakan klasifikasi Panini ini, termasuk beberapa aksara Nusantara. Fonologi juga merupakan kajian mengenai pola bunyi bahasa, yaitu kajian mengenai bunyi-bunyi yang berfungsi dalam sesuatu bahasa.
Fonologi secara bahasa memiliki makna ilmu tentang bunyi. Hal ini sesuai dengan makna dari kata Fonologi itu sendiri yang terdiri atas fon=bunyi dan logos=ilmu. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan maupun tulisan yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi disebut juga dengan istilah fonem.
B. Fonem
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.
Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/. Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l]. Oleh karena itulah sangat penting bagi kita untuk mempelajari Fonologi.
Fonem resmi dalam bahasa Indonesia ada 32 buah, yang terdiri atas, 6 buah fonem vokal, 3 buah fonem diftong dan 23 buah fonem konsonan. Semua fonem-fonem tersebut dihasilkan oleh alat ucap manusia, dari batang tenggorokan sampai ke bibir beserta udara yang ke luar ketika kita bernapas..
Fonem ialah unit bahasa terkecil yang berfungsi. Satu unit ujaran yang bermakna, atau perkataan, terdiri daripada beberapa unit bunyi, misalnya kata palu. Kata ini terdiri daripada empat unit bunyi, iaitu p, a, l, u. Unit-unit bunyi ini dipanggil fonem, yaitu unit terkecil yang berfungsi. Jika p diganti dengan m, maka palu akan bertukar menjadi malu. Oleh karena itu, p dan m adalah unit terkecil yang berfungsi karena unit itu membedakan maksud ujaran.
C. Alofon
Fonem terdiri daripada anggota fonem yang dipanggil alofon. Misalnya fonem p dalam palu, lupa dan luap. Bunyi p dalam palu dan lupa diujarkan sebagai letupan bibir yang sempurna , tetapi dalam luap, bunyi p diujarkan sebagai letupan bibir yang tidak sempurna, yakni tidak diletupkan. Dengan itu, daripada ketiga-tiga contoh kata di atas, fonem p mempunyai dua alofon. Perbedaan bunyi ada yang menimbulkan kontras makna dan adapula yang tidak. Apabila kontras makna terjadi, masing-masing dari bunyi yang berbeda itu dapat disebut sebagai fonem. Jika tidak terjadi kontras makna, kedua bunyi itu dianggap sebagai bunyi yang sama, hanya saja salah satu di antara keduanya merupakan bunyi dasar yang dapat disebut dengan fonem, sementara yang lain disebut sebagai alofon.
Agar perbedaan antara alofon dan fonem menjadi jelas. Bunyi /p/ kadang-kadang diucapkan sebagai frikatif yang tidak penuh sebagaimana dalam kata /luap/. Padahal bunyi /p/ yang biasa terdapat di dalam kata lain merupakan frikatif yang penuh. Maka /p/ dalam kata luap yang tidak diletupkan secara penuh ini disebut sebagai alofon dari /p/ yang diletupkan secara penuh.
Sebagaimana halnya fonem /o/ pada kata tokoh bukan diucapkan sebagai /o/ biasa, tetapi diucapkan sebagai /ɔ/. Kedua bunyi ini berbeda, namun perbedaan itu tidaklah memengaruhi arti, sebagaimana berbedanya arti pagi dan bagi karena bunyi /p/ dan /b/ berbeda.
D. Suku Kata
Suku kata ialah bahagian perkataan yang berasaskan kehadiran vokal. Suku kata ditandai oleh suatu vokal dan wujud sebagai satu vokal atau bersama-sama dengan konsonan. Dalam bahasa Melayu terdapat sebelas pola suku kata. Suku kata yang berakhir dengan vokal dipanggil suku kata terbuka. Suku kata lain ialah suku kata tertutup karena diakhiri dengan konsonan. Suku kata adalah satu ujaran terkecil dari sebuah kata yang didasarkan pada kehadiran vokal. Setidak-tidaknya satu suku kata terdiri dari satu buah vokal atau satu vokal dan satu konsonan. Mengacu kepada bunyi akhir, suku kata dibagi menjadi dua: suku kata terbuka dan suku kata tertutup. Suku kata terbuka adalah suku kata yang diakhiri oleh vokal, sedangkan suku kata tertutup adalah suku kata yang diakhiri oleh konsonan.
Dalam fonologi ada sebelas pola suku kata, dengan empat pola dasar: V, VK, KV dan KVK (V = vokal, K = konsonan). Berikut adalah keempat pola dasar itu beserta tujuh pola yang lain. Semuanya disertai contoh:

Pola Suku Kata Contoh huruf miring)
Awal Tengah Akhir
1 V i -tu tu- a -la ra- i
e -mak ju- i -ta raj- i (talak)
2 VK em -pat ki- am -bang ka- in
um -pa-ma bi-du- an -da bu- ah
3 KV sa -lah se- ko -lah bang- ku
be -sar teng- ge -lam cin- ta
4 KVK ming -gu ce- mer -lang pa- dam
lam -pu se- rang -ga se-li- mut
Pola (1) dan (3) merupakan suku kata terbuka, sedangkan (2) dan (4) adalah pola suku kata tertutup.
Tapi kemudian, pola penyukuan di atas dikembangkan lagi menjadi beberapa pola dengan menambah gugus konsonan sebelum atau setelah vokal, khususnya untuk kata-kata yang dipinjam dari bahasa asing. Hasilnya, pola itu jadi bertambah tujuh pola, dari empat pola yang sudah ada. Kesemuanya menjadi berjumlah sebelas pola. Berikut ini adalah tabelnya:
Pola Suku Kata Contoh (huruf miring )
di awal di akhir
5 KKV tra -fik indus- tri
6 KKVK prak -tis elek- trik
7 VKK eks -port
8 KVKK bank -rap kon- sert
9 KKVKK kom- pleks
10 KKKV stra -tosfera skru
11 KKKVK struk -tur skrip

Dari pola-pola penyukuan yang telah disebutkan. Sebuah kata ada paling sedikit memiliki satu suku kata dan paling banyak empat suku kata. Ada juga yang lebih dari empat suku kata, akan tetapi jumlahnya tidak banyak dan lebih sering merupakan kata pinjaman, seperti contoh berikut:
1. Satu suku kata
Suku kata Contoh
KV yu
VK am
KKVK draf, gred. brek

2. Dua suku kata
Suku Kata Contoh
V + KV ibu
V + VK air, aib
V + KVK adat, emas
VK + KV anda, unta, angsa
VK + KVK untuk, ingkar,
KV + KVK bukan, dekat

3. Tiga suku kata
Suku Kata Contoh
KV+V+KV biasa, cuaca, suara
KV + V +KVK kaedah
V + KV + V usia
KV+KV+VK peluang
KV+KVK+KVK kelompok, kumandang

4. Empat suku kata
Suku Kata Contoh
KV+KV+KV+KV panorama
KV+KV+KV+KVK masyarakat
KV+KVK+KV+KVK penerjemah

5. Lebih dari empat suku kata
V + KV + KVK +KV+KVK universitas

E. Alat-alat Sebutan
Bunyi bahasa dikeluarkan oleh alat-alat sebutan seperti beikut:


Bibir
Gigi
Gusi Lelangit keras
Lelangit lembut
Anak tekak
Lidah
Rongga tekak
Rongga mulut
Rongga hidung
Paru-paru
Peti suara dan pita suara


Alat-alat sebutan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a). Artikulator adalah alat yang dapat digerak-gerakkan dengan bebas dan dapat diletakkan di beberapa kedudukan.
Contoh: ujung lidah, ujung bibir dan sebagainya.
b). Artikulasi merupakan tempat-tempat yang dapat dicapai oleh artikulator.
Contoh: gigi atas, gusi dan lelangit keras.
F. Bunyi
Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara.
Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel.
Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan di bawah 20 Hz disebut infrasonik.
G. Penggolongan Bunyi Bahasa Indonesia
Dalam bahasa Indonesia, terdapat tiga golongan bunyi yaitu vokal, konsonan dan diftong.
1. Bunyi yang dihasilkan tanpa gangguan dalam rongga mulut. Udara dari paru-paru keluar melalui rongga mulut dengan tidak tersekat atau terhimpit. Bunyi itu hanya dipengaruhi oleh keadaan lidah dan bentuk bibir. Kumpulan bunyi yang dihasilkan demikian disebut dengan vokal.
2. Bunyi yang dihasilkan dengan gangguan oleh alat-alat sebutan sehingga jalan aliran udara dari paru-paru terganggu, dengan cara disekat atau dihalang dan udara keluar melalui ronga mulut atau rongga hidung. Kumpulan bunyi yang terhasil disebut dengan konsonan.
3. Bunyi yang bermula daripada satu vi\oakl dan beralih kepada bunyi vokal yag lain. Geluncuran bunyi vokal ini dikenali sebagai diftong.
Contohnya bunyi [ai] bermula daripada bunyi vokal depan luas (a) dan mluncur kepada bunyi vokal depan sempit [i].
H. Vokal
Vokal terdiri dari enam buah. Keenam vokal itu antara lain a, i, u, o, dan e dan è. Vokal /a/ atau disebut juga Vokal Bawah dihasilkan dengan merendahkan bagian bawah lidah. Vokal /u/ atau disebut juga Vokal Belakang dihasilkan dengan lidah yang ditarik ke belakang rongga mulut. Sementara itu /i/ dan /e/ yang juga disebut Vokal Depan dihasilkan dengan menggerakkan lidah ke arah langit-langit. Vokal Tengah yaitu /è/ dihasilkan dengan lidah dalam posisi tidak di depan dan tidak di belakang.
Posisi Lidah Depan Tengah Belakang
Tinggi i [i] u [u]
Tengah e [e, ɛ] e [ə] o [o, ɔ]
Rendah a [a] a [ɑ]

Kesemua fonem vokal ini terdapat pada semua posisi, baik itu di depan, tengah atau pun belakang, kecuali vokal [e] yang tidak terdapat di akhir kata. Vokal [a] yang terdapat di awal seperti pada kata anak (contoh miring), di tengah seperti pada kata tanah, dan di akhir seperti pada kata lada. Vokal [è] juga terdapat pada ketiga posisi itu; posisi awal pada kata ela, posisi tengah pada kata semak dan posisi akhir pada kata sate. Vokal [i] juga bisa menempati posisi awal, tengah dan akhir; awal pada kata iring, tengah pada kata kita, dan akhir pada kata seri. Agak berbeda dengan ketiga fonem di atas, fonem [e] hanya menduduki posisi awal dan tengah serta tidak menempati posisi akhir. Pada posisi awal seperti pada kata emak dan pada posisi tengah pada kata betul. Dua fonem yang terakhir yaitu [o] dan [u]. [o] pada posisi awal seperti pada kata obor, pada posisi tengah seperti pada kata botak dan pada posisi akhir seperti pada kata kuno. Terakhir, [u] menduduki posisi awal seperti pada kata ular, posisi tengah seperti pada kata susu dan pada posisi akhir seperti pada kata saku.
Lambang fonetik Awal Tengah Akhir Keterangan
[a] anak tanah lada
[è] ela semak sate
[i] iring kita seri
[e] emak betul tidak terdapat di akhir kata
[o] obor botak moto
[u] ular sultan saku


Ada sebagian orang yang menyebut vokal sebagai fonem hidup. Hal ini sangatlah benar karena fonem vokal dapat membuat fonem yang lain (konsonan) menjadi hidup. Vokal dalam bahasa Indonesia ada 5 macam yaitu [a], [i],
Lambang fonetik Contoh perkataan Nota
[a] anak, tanah, lada
[è] ela, semak, sate
[i] iring, kita, seri
[] emak, betul Tidak terdapat di hujung perkataan
[o] obor, botak, moto
[u] ular, sultan, saku

I. Konsonan
Konsonan ialah bunyi yang dihasilkan oleh aliran udara yang tersekat atau terhalang oleh salah satu alat sebutan seperti bibir, gusi, lelangit lembut, dan sebagainya dan udara dilepaskan melalui rongga mulut atau rongga hidung.
[p], [b], [t], [d], [k], [g], [q], [c], [j], [m], [n], [], [], [f], [v], [], [], [s], [z], [], [x], [], [h], [r], [l], [w], [y]
Dalam Bahasa Indonesia, huruf konsonan dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
• Huruf Konsonan atau Huruf Mati
Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

• Huruf Konsonan Rangkap
Gabungan dua huruf konsonan ada 4 buah dalam bahasa indonesia, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Contohnya : nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dsb.

Fonem konsonan terdiri dari 19 buah konsonan asli dan sembilan buah konsonan pinjaman. Berikut konsonan-konsonan yang terdapat di dalam bahasa Melayu itu: [p], [b], [t], [d], [k], [g], [c], [j], [m], [n], [ŋ], [ñ], [s], [h] [r], [l], [w], [y] dan [?] merupakan konsonan-konsonan asli, sedangkan konsonan pinjaman adalah [q], [f], [v], [z], [x], [ts], [dz], [sy] dan [kh]. Konsonan asli menjadi objek pembahasan, sedangkan konsonan pinjaman tidak dibahas.
Bilabial Labio-dental Dental Alveolar Pasca- Alveolar Langit-langit Velum Uvula Celah suara
Plosif p [p] b [b] t
[t] d [d] k [k] g [g] q
[q] k [ʔ]
Nasal m [m] n [n] ny
[ñ] ng [ŋ]
Frikatif f [f] v [v], [ʋ] ts [θ] dz [ð] s [s] z [z] sy
[ʃ, ʂ, sj] kh [x] h [h]

Afrikat c [tʃ] j
[dʒ]
Semi-
vokal w [w] y
[j]
Vibran r [r]
Tap r [ɾ]
Lateral l
[l]
Sembilan konsonan asli memiliki distribusi yang dapat memenuhi semua posisi, baik awal, tengah maupun akhir kata. Konsonan-konsonan itu adalah [p], [t], [m], [n], [ŋ], [s], [h], [r] dan [l]. Konsonan [p] di awal kata seperti pada kata pagi (contoh miring), di tengah seperti pada kata bapak, di akhir seperti pada kata hisap. Konsonan [t] di awal kata seperti pada kata tidur, di tengah seperti pada kata mati dan di akhir seperti pada kata gigit. Konsonan [m] di awal seperti pada kata minum, di tengah seperti pada kata nama dan di akhir seperti pada kata cium. Konsonan [n] di awal seperti pada kata nama, di tengah seperti pada kata tanam dan di akhir seperti pada kata bulan. Konsonan [ŋ] di awal seperti pada kata nganga, di tengah seperti pada kata tangis dan di akhir seperti pada kata hidung. Konsonan [s] di awal seperti pada kata susu, di tengah seperti pada kata masuk, dan di akhir seperti pada kata manis. Konsonan [h] di awal seperti pada kata hidung, di tengah seperti pada kata mahal dan di akhir seperti pada kata marah. Konsonan [r] di awal seperti pada kata rumah, di tengah seperti pada kata kiri dan di akhir seperti pada kata dengar. Konsonan [l] pada posisi awal seperti pada kata leher, pada posisi tengah seperti pada kata pilih dan pada posisi akhir seperti pada kata mahal.
Konsonan Awal Arti Tengah Arti Akhir Arti
p /pagi/ ‘pagi‘ /hisap/ ‘hisap‘ /kepala/ ‘kepala‘
t /tido/ ‘tidur‘ /mati/ ‘mati‘ /gigit/ ‘gigit‘
k /kaki/ ‘kaki‘ /kakap/ ‘besar‘ /kaka?/ ‘kakak‘
m /minum/ ‘minum‘ /nama/ ‘nama‘ /cium/ ‘cium‘
n /nama/ ‘nama‘ /tanam/ ‘tanam‘ /bulan/ ‘bulan‘
ŋ /ŋaŋa/ ‘terbuka‘ /taŋis/ ‘tangis‘ /hiduŋ/ ‘hidung‘
s /susu/ ‘payudara‘ /maso?/ ‘masuk‘ /manis/ ‘manis‘
h /hiduŋ/ ‘hidung‘ /mahal/ ‘mahal‘ /lidah/ ‘lidah‘
r /rambut/ ‘rambut‘ /marah/ ‘marah‘ /tidur/ ‘tidur‘
l /leher/ ‘leher‘ /tali/ ‘tali‘ /katil/ ‘katil‘
Di akhir kata atau sebelum konsonan, /k/ direalisasikan menjadi glottal atau hamzah yang lembut /?/.
Tabel: konsonan yang dapat memenuhi semua posisi
Adapun konsonan [b], [d], [g], [c] dan [j] hanya hadir pada akhir kata pinjaman, seperti kata bab, had ‘batas‘, beg ‘tas‘, koc ‘gerbong kereta api‘ dan kolej ‘institut atau perguruan tinggi‘. Sedangkan konsonan [ñ], [w] dan [y], tidak pernah terdapat pada akhir kata.
Konsonan [b] pada posisi awal kata seperti pada kata bapak dan pada posisi tengah seperti pada tumbuh. Konsonan [d] pada posisi awal kata seperti pada daki dan pada posisi tengah seperti pada dada. Konsonan [g] pada posisi awal seperti pada kata gigit dan pada posisi tengah seperti pada gigi. Konsonan [c] pada posisi awal kata seperti pada cium dan pada posisi tengah seperti pada cacing. Adapun konsonan [j] yang menempati posisi awal seperti pada jarum dan jahit, dan pada posisi tengah seperti pada tajam.
Ada dua konsonan lain yang dianggap sebagai semi vokal, kadang-kadang juga disebut sebagai semi konsonan hanya saja tidak populer. Konsonan itu adalah [w] dan [y]. Kedua konsonan ini sama-sama tidak pernah menempati posisi akhir.
Konsonan Awal Arti Tengah Arti Akhir Arti
b /bapa?/ ‘bapak‘ /babak/ ‘babak ‘
d /daki/ ‘daki‘ /dada/ ‘dada‘
g /gigit/ ‘gigit‘ /gigi/ ‘gigi‘
c /cium/ ‘cium‘ /cacing/ ‘cacing‘
j /jarum/ ‘jarum‘ /tajam/ ‘tajam‘
ñ /ñamu?/ ‘nyamuk‘ /baña?/ ‘banyak‘
w /warna/ ‘warna‘ /awak/ ‘kamu‘
y /yas/ ‘hias‘ /ya?yuŋ/ ‘sejenis kumbang‘
Tabel: konsonan yang hanya dapat memenuhi posisi awal dan tengah

Dalam bahasa Indonesia terdapat 18 bunyi konsonan asli sembilan konsonan pinjaman.
Sembilan konsonan asli dapat hadir pada awal, tengah dan akhir perkataan iaitu p, t, m, n, /ng/, s, h, r dan l.
Konsonan b, d, g, c dan j hanya hadir pada akhir perkataan pinjaman seperti bab, had, beg, koc dan kolej. Huruf konsonan /ny/, w dan y tidak pernah terdapat pada akhir perkataan.
J. Diftong
Huruf Diftong atau Huruf vokal Rangkap
Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi. Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb
Jika satu vokal berada dalam satu gugusan dengan vokal yang lain sehingga menghasilkan bunyi luncuran, bunyi ini disebut sebagai diftong. Di dalam BM, hanya terdapat tiga diftong. Ketiga diftong ini dapat menempati semua posisi: awal kata, tengah kata maupun akhir kata. Diftong /ai/ misalnya dapat menempati posisi awal, tengah dan akhir, begitu pula dengan kedua diftong yang lain yaitu diftong /au/ dan diftong /ua/, keduanya juga menempati ketiga posisi yang ada: awal, tengah dan akhir kata. Walhasil, ada tiga diftong yaitu /ai/, /au/ dan /ua/, yang kesemuanya dapat menempati semua posisi.
Untuk mempermudah pembandingan, di bawah ini disajikan masing-masing diftong dalam semua posisi. Posisi awal, tengah dan posisi akhir mendapat satu kata untuk contoh:
Diftong Awal Tengah Akhir
/ai/ /aising/ ‘campuran gula pada kue‘ /pais/ ‘pepes ikan‘ /pandai/ ‘pandai‘
/au/ /aura/ ‘suasana halus yang dirasakan‘ /jaur/ ‘berjalan tanpa arah‘ /lampau/ ‘lampau‘
/ua/ /uan/ ‘uban‘ /perempuan/ ‘perempuan‘ /semua/ ‘semua‘


BAB 1V
KESIMPULAN

Fonologi adalah ilmu yang membahas tentang bunyi-bunyi bahasa. Fonologi pada umumnya dibagi 2 yakni, fonemik (fonem) yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang berfungsi sebagai pembeda makna, dan fonetik yang membahas bagaimana bunyi-bunyi ujaran itu dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Fonem resmi dalam bahasa Indonesia ada 32 buah, yang terdiri atas, 6 buah fonem vokal, 3 buah fonem diftong dan 23 buah fonem konsonan. Semua fonem-fonem tersebut dihasilkan oleh alat ucap manusia, dari batang tenggorokan sampai ke bibir beserta udara yang ke luar ketika kita bernapas. Hal ini dibahas dalam tataran fonetik. Ada 3 bagian alat ucap dalam menghasilkan bunyi ujaran itu, yakni (1) udara dari paru-paru, (2) artikulator, bagian alat ucap yang dapat digerakkan /digeser ketika bunyi diucapkan, misalnya rahang bawah, lidah , (3) titik artikulasi, yakni bagian alat ucap yang tidak dapat digerakkan (bagian yang menjadi tujuan sentuh artikulator) misalnya, rahang atas, langit-langit lembut, dll.
Selain fonem dan fonetik , hal yang perlu dipahami dalam berujar adalah intonasi. Intonasi mengatur tinggi-rendah, keras-lunak, cepat lambatnya suara dalam berujar sehingga ujaran dapat dipahami oleh pendengar. Jadi intonasi merupakan rangkaian nada yang diwarnai oleh tekanan, durasi, penghentian suara ketika seseorang berujar (berbicara).
Fonem dalam BM terdiri dari fonem vokal dan fonem konsonan. Ada enam fonem vokal dan 19 konsonan asli. Di samping memiliki fonem, BM juga memiliki diftong dan alofon. Hampir semua fonem vokal dan konsonan bisa menduduki semua posisi. Hanya beberapa fonem saja seperti b, c, j yang tidak pernah menduduki posisi akhir, kecuali fonem pinjaman dari bahasa asing.
Pada tingkat suku kata. Konsonan yang berurut tiga bukan merupakan urutan asli. Sebuah kata paling tidak terdiri dari satu suku kata. Kebanyakan bersuku dua dan paling banyak empat suku kata. Jika lebih dari empat suku kata, maka kata itu cenderung merupakan pinjaman dari bahasa asing.
Selanjutnya dalam bahasa tulisan, yang dipentingkan adalah ejaan. Dalam ejaan tercakup perangkat peraturan tentang bagaimana menggambarkan lambang-lambang fonem (bunyi ujaran) dan bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu dituliskan dengan benar dalam suatu bahasa. Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia saat ini adalah Ejaan Yang Disempurnakan , yang di dalamnya memuat 5 bab peraturan tentang tata tulis dalam bahasa Indonesia, yakni pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, tanda baca, dan penulisan unsur serapan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008 Sistem Fonologi. Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Fonologi.(diakses 2 April 2008 18:35).

Akhlah Husen, dkk. 1996. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pndidikan dan Kebudayaan

Misran. 2008. Fonologi. Diperoleh dari http://culture.melayuonline.com/Fonologi. (diakses 2 April 2008 18:40).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar