Rabu, 19 Mei 2010

APRESIASI PUISI Melalui Pendekatan Struktualisme

Doa
Karya Sanusi Pane

O Kekasihku, Turunkan Cintamu Memeluk Daku
Sudah Bertahun Aku menanti, Sudah Bertahun Aku Mencari
O Kekasihku, Turunkan Rakhmatmu Ke Dalam Taman Hatiku
Bunga Kupelihara Dalam Musim Berganti, Bunga Kupelihara Dengan Berahi
O Kekasihku Buat Jiwaku Bersinar-Sinar
O Keindahan Jiwaku Rindu Siang Dan Malam Hendak Memandang Cantik Parasmu
Datanglah Tuan Dari Belakang Pegunungan Dalam Ribaan Pagi Tersenyum
O Beri Daku Tenaga, Supaya Aku Bisa Bersama Tuan
Melayang Sebagai Garuda Menuju Kebiruan Langit Nilakandi

APRESIASI PUISI Melalui Pendekatan Struktualisme

Pendekatan struktualisme adalah pendekatan yang melihat dari unsur struktur atau susunan puisi yang meliputi:
1. Tipografi
Ditinjau dari tipografinya puisi di atas mengandung sajak yang teratur tetapi hanya terdiri satu bait.
Teratur di sini seperti terlihat pada penulisan sajak puisi dengan tiap baris yang mempunyai persamaan bunyi tiap baris.
“ O Kekasihku, Turunkan Cintamu Memeluk Daku”
“Sudah Bertahun Aku Menanti, Sudah Bertahun Aku Mencari”

2. Kata dan diksi
Pilihan kata mudah, jelas, yang familiar yaitu mudah dipahami seperti pada kehidupan sehari-hari seperti yang terkutip pada baris.
“O Kekasihku, Turunkan Rakhmatmu Ke Dalam Taman Hatiku”
Akan tetapi, pada baris tersebut mengandung makna denotasi atau makna apa adanya. Pada baris tersebut menggambarkan permohonan manusia kepada Tuhannya bukan kepada kekasih.

3. Bahasa kiasan dan bahasa retorik
a. Metafora yaitu bahasa kiasan dengan menggunakan unsur pembanding dan yang dibandingkan tanpa menggunakan kata pembanding.
Misal pada baris:
“Sudah Bertahun Aku menanti, Sudah Bertahun Aku Mencari”
“Bunga Kupelihara Dalam Musim Berganti
Bunga Kupelihara Dengan Berahi”
b. Personifikasi yaitu bahasa kiasan yang memberi sifat benda hidup kepada benda mati:
Misal:
“Datanglah Tuan Dari Belakang Pegunungan Dalam Ribaan Pagi Tersenyum”
Dalam hal ini pagi adalah benda mati sedangkan tersenyum adalah sesuatu yang dimiliki oleh benda hidup.
c. Metonimia yaitu kiasan pengganti nama.
Misal:
“O Kekasihku, Turunkan Cintamu Memeluk Daku”
“Datanglah Tuan Dari Belakang Pegunungan Dalam Ribaan Pagi Tersenyum”
“O Beri Daku Tenaga, Supaya Aku Bisa Bersama Tuan”
d. Repetisi yaitu pengulangan yang digunakan untuk memberi kesan penegasan atau menarik perhatian pembaca.
Misal:
“Sudah Bertahun Aku menanti, Sudah Bertahun Aku Mencari”
“Bunga Kupelihara Dalam Musim Berganti, Bunga Kupelihara Dengan Berahi”
“O Kekasihku Buat Jiwaku Bersinar-Sinar”
e. Hiperbola yaitu bahasa retorik yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan.
Misal:
“Melayang Sebagai Garuda Menuju Kebiruan Langit Nilakandi”



4. Rima, aliterasi, dan asonansi
Rima adalah persamaan bunyi akhir kata. Rima terdapat pada antar baris dalam satu bait. Rima terdiri rima awal, rima tengah, dan rima akhir.
Aliterasi adalah persamaan bunyi konsonan pada satu baris puisi
Asonansi adalah persamaan bunyi vocal pada satu baris
Misal:
“O Kekasihku, Turunkan Cintamu Memeluk Daku”
“Sudah Bertahun Aku menanti, Sudah Bertahun Aku Mencari”
“O Kekasihku, Turunkan Rakhmatmu Ke Dalam Taman Hatiku”
“Bunga Kupelihara Dalam Musim Berganti, Bunga Kupelihara Dengan Berahi”

5. Tema dan amanat
Suatu puisi mengandung suatu pokok persoalan yang hendak dikemukakannya. Tidak ada sajak yang tidak mempunyai sesuatu yang hendak dikemukakannya. Walaupun tidak jarang penyair menutup-nutupi atau manyelubungi maksud ciptaannya, hingga pembaca harus bekerja keras untuk menafsirkannya. Setelah membaca sajak di atas dengan baik-baik dapat dipetik kesimpulan bahwa temanya ialah doa hamba kepada Tuhannya.
Adapun pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca adalah bahwa manusia harus berserah diri dan bergantung hanya kepada Tuhan YME.

6. Makna puisi
Dalam puisi di atas disebutkan bahwa manusia haruslah senantiasa bersyukur atas rakhmat dan nikmat yang telah diberikan Tuhan serta jangan lupa untuk berdoa dan mohon ampun untuk kebersihan jiwa dan raga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar